Mohon tunggu...
john siregar
john siregar Mohon Tunggu... -

sekarang mengajar sejarah dan sosiologi di sekolah pelangi kasih. sebelumnya mengajar semiotika, analisa wacana, discourse analysis, kajian indonesia, kajian budaya di beberapa universitas.sekarang juga menulis beberapa puisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dua Ribu Tigabelas

2 Januari 2013   01:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:39 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi gerangan yang ingin kita syairkan?  Semua telah didendangkan. Telah semua dinyanyikan. Sudah disenandungkan. Kisah apalagi jika bukan kisah senandung korupsi anak-anak durhaka negeri. Membuat rakyat berdarah-darah. Rayat berhasrat, apakah mungkin, misalkan, para pelacur korup, si anak durhaka, si malin kundang itu, di gantung di silang monas, ditelanjangi kegilaan mereka?

Karena rakyat telah sakit dan berdarah-darah oleh kebejatan para pelacur pejabat korup. Apalagi yang hendak kita senandungkan? Apalagi yang ingin kita dendangkan, senandung jolo tak lagi terdengar. Apalagi yang hendak kita syairkan? Para penyair telah memahat semua dalam tulisan pantun, sajak dan syair. Rakyat hanya bisa menepuk dada, sesak nafas mereka. Karena pelacur pejabat korup ,anak durhaka, tak hirau akan tangisan rakyat. Anak durhaka menjarah, ngerampok tanah dan hak rakyat.

Senandung bunga rindu takkan pernah selesai. Jika rakyat masih berdarah-darah. Jika rakyat masih terisak-isak. Syair akan terus dituliskan dan akan terus mengalir. Selama Merah Putih belum penuh berkibar dan rakyat masih meratap karena lapar. Syair akan mengalir terus.

1 Januari 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun