Mohon tunggu...
John Simon Wijaya
John Simon Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

✉ johnsimonwijaya@gmail.com IG/LINE : @johnswijaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menangkap Skyline Jakarta dari Jalan Layang Dr. Satrio

10 Januari 2014   18:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari memindahkan isi memori kamera karena sudah full. Saya buka-buka kembali beberapa file photo di akhir tahun 2013 yang masih "tercecer" di kamera. Dan ternyata menemukan foto-foto skyline Jakarta yang kebetulan sempat saya abadikan dari jalan Layang Dr. Satrio pada hari-hari terakhirnya sebelum jalan layang tersebut diresmikan dan dibuka untuk kendaraan.

Berikut mari kita nikmati bersama beberapa view Skyline Jakarta dari Jalan layang Dr. Satrio.

[note 1: hindari mode browser kompasiana mobile agar seluruh image muncul dalam artikel]

[note 2: seluruh gambar adalah dokumentasi pribadi]

PHOTO 01 "Welcome to the New World"

[caption id="attachment_289415" align="aligncenter" width="655" caption="Welcome to the New World, sumber: dokumentasi pribadi ©John Simon Wijaya 2014"][/caption]

PHOTO 02 "wanna jump?"

[caption id="attachment_289416" align="aligncenter" width="655" caption="wanna jump? sumber: dokumentasi pribadi ©John Simon Wijaya 2014"]

1389352546738384908
1389352546738384908
[/caption]

PHOTO 03 Jl. Rasuna Said

[caption id="attachment_289417" align="aligncenter" width="655" caption="Jl.Rasuna Said sumber: dokumentasi pribadi ©John Simon Wijaya 2014"]

13893526262082497896
13893526262082497896
[/caption]

PHOTO 04 Mega Kuningan

[caption id="attachment_289418" align="aligncenter" width="655" caption="Mega Kuningan sumber: dokumentasi pribadi ©John Simon Wijaya 2014"]

13893527181013127312
13893527181013127312
[/caption]

PHOTO 05 Kuncit

[caption id="attachment_289419" align="aligncenter" width="655" caption="Kuningan City sumber: dokumentasi pribadi ©John Simon Wijaya 2014"]

13893527851276818340
13893527851276818340
[/caption]

PHOTO 06 "New Public park?"

[caption id="attachment_289420" align="aligncenter" width="651" caption="New Public Park?sumber: dokumentasi pribadi ©John Simon Wijaya 2014"]

1389352883949643402
1389352883949643402
[/caption]

PHOTO 07 "The Obelix"

[caption id="attachment_289421" align="aligncenter" width="610" caption="obelix ,sumber: dokumentasi pribadi ©John Simon Wijaya 2014"]

1389352936104102664
1389352936104102664
[/caption]

PHOTO 08 "The Reflection"

[caption id="attachment_289422" align="aligncenter" width="655" caption="The Reflection ,sumber: dokumentasi pribadi ©John Simon Wijaya 2014"]

13893530432018454692
13893530432018454692
[/caption]

PHOTO 09 Jl. MH Thamrin Panoramic

[caption id="attachment_289423" align="aligncenter" width="646" caption="Jl. MH Thamrin Panoramic ,sumber: dokumentasi pribadi ©John Simon Wijaya 2014"]

13893530841105336398
13893530841105336398
[/caption]

PHOTO 10 Jl. sudirman Panoramic

[caption id="attachment_289425" align="alignnone" width="613" caption="Jl. Sudirman Panoramic ,sumber: dokumentasi pribadi ©John Simon Wijaya 2014"]

13893531671137996039
13893531671137996039
[/caption]

Jadi bagaimana? Sungguh menawan kan view Jakarta dari jalan layang ini?

SATU SATUNYA JALAN LAYANG DI DUNIA YANG MEMBELAH KAWASAN CBD

Jadi ingat,

Beberapa minggu sebelum jalan layang ini dibuka, saya sempat berbincang dengan bapak sopir taxi yang saat itu kebetulan kami berada pada situasi terpaksa mengambil rute lain untuk menghindari kemacetan luar biasa di depan Mall Kota Kasablanka. Jadi seperti ini kira-kira isi percakapan kami:

Bapak Sopir taxi: Wah Mas, bakal macet parah kalau kita lewat Casablanca situ, kita lurus aja ya, ntar langsung tembus di cawang.

Saya: Oke terserah bapak aja enaknya gimana. Wah bentar lagi ni jalan layang di atas mau dibuka, menurut Bapak akan mengurangi kemacetan nggak ya Pak?

Bapak Sopir taxi: Ya jelas kaga Mas, bakal makin banyak lagi mobil yang mau lewat situ, malah nambah macet di kokas aja itu ntar. Goblok nih gurbernur sebelumnye.

--

Itu tadi kira-kira perspektif dari bapak sopir taxi, seseorang yang tahu asam garam kemacetan jalan di Jakarta. Seseorang yang jam terbang di jalannya jauh lebih tinggi dari kita.

Dari perspektif saya pribadi, sebagai arsitek, keputusan membangun jalan layang yang membelah langsung kawasan CBD segitiga emas ya patut kita pertanyakan bersama. Jelas-jelas proyek ini tidak dilakukan dari kajian yang mendalam dan murni hanya sebagai proyek "buang-buang energi" - asal ada anggaran yang mau dibuang. Sopir taxi yang tidak S2 di Jerman saja tahu jika jalan layang ini terbukti justru menciptakan bottleneck effect baru di kawasan depan Kokas dan juga Jl. Mas Mansyur Karet.

Jl. Layang baru Dr. satrio ini adalah satu-satunya jalan layang dunia yang membelah langsung CBD. CMIIW, di New York saja tidak ada jalan layang terbangun tepat di tengah midtown Manhattan. Begitu juga Singapore di mana jalan layang selalu menepi serta menghindari dan meniti di pinggiran kawasan CBD Raffles Place, tidak nyelonong membelah di tengahnya.

Saya tidak habis pikir. Jika kita berada di situasi seperti malam hari ini terjebak macet di Dr. Satrio bawah misalnya, saat kita sudah penat dan sedang naik taxi atau menggunakan mobil dengan sopir, kita bisa saja turun di tengah jalan dan memilih nge-mall saja daripada melanjutkan berjuang di tengah kemacetan.

Nah, sekarang jika situasinya terjebak macet di atas jalan layang, trus ingin turun, mau ke mana?

DIROBOHKAN SAJA?

Di Seoul Korea pernah ada jalan layang yang pada akhirnya dirobohkan setelah beberapa tahun dibuka. Kemudian bekas jalan layang yang sudah dirobohkan tersebut justru dijadikan aliran sungai baru serta taman air yang lebih humanis dan memberikan public area baru bagi aktivitas penduduk.

Tapi apakah kita harus mengikuti jejak Korea, agak sayang juga .

Saya pribadi memiliki ide, lebih baik jalan layang yang sudah terlanjur terbangun ini dua lajurnya dipasang dan dibangun jaringan rel dan dijadikan jalur KRL saja yang langsung menghubungkan Tebet ke Tanah Abang. Jadi beban perjalanan Manggarai-Sudirman-karet bisa terbagi. Dan dengan jalur baru tersebut bisa kita dirikan stasiun-stasiun baru di titik Kokas, Terowongan casablanka, Kuningan City, Ambasador, Ciputra Mall, Sampoerna Strategic, serta Citywalk Sudirman. Konstruksinya Lebih praktis, murah, cepat, dan kapasitas penumpangnya jauh lebih besar dibanding monorail yang takkunjung dimulai pembangunannya. Sedangkan untuk 2 lajur sisanya, aspalnya bisa dikupas bisa dijadikan taman, sebagian ditanami rumput, space lainnya lagi dipasang jalur sepeda serta jogging trek seperti halnya bekas jalan layang New York Highline Park.

Jadi bagaimana kalau menurut Anda?

John Simon Wijaya ©2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun