Mohon tunggu...
John Rubby P
John Rubby P Mohon Tunggu... Penulis - Planter yang selalu belajar

PLANTER............

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PTM Mendesak: Orangtua Banyak yang Tidak Bisa Tambah, Kurang, Kali, dan Bagi

7 September 2021   18:25 Diperbarui: 7 September 2021   18:29 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemi covid-19 mengharuskan banyak anak didik belajar daring, sehinga mau tidak mau orang tua ikut terlibat dalam urusan belajar anaknya. Nah keterlibatan orang tua murid dalam ikut serta untuk mengajari anaknya di rumah, bisa mendatangkan mannfaat sekaligus bencana. 

Manfaat jika orang tua mengerti apa yang dipelajari  anaknya, jika tidak bisa bertentangan dengan yang diajarkan di sekolah, untuk itulah pembelajaran tatap muka sangat penting, untuk mendidik anak sekolah.

Beberapa contoh yang akan membuat pembaca tersenyum.

Lima dibagi lima adalah Nol

Saat saya kuliah dosen pernah bercerita bahwa seorang mahasiswa saat ditanya "lima dibagi 5" berapa? Sang mahasiswa menjawab "nol" alias tidak ada, sang dosen dengan geram menjawab "satu", tapi mahasiswa ngotot jawabnya "nol" dengan buat argumen sebagai berikut, jika ada 5 pisang di atas meja dan ada 5 orang membaginya sama rata, kan pisang yang tinggal di atas meja tinggal "nol", bigitulah argumen mahasiswa yang buat dosen geleng kepala. Seandainya sang mahasiswa punya anak yang belajar daring, apa tidak kacau dunia persilatan?

Satu dibagi satu adalah satu, dua dibagi dua, dua dst..

Pernah suatu ketika setelah lulus kuliah, saya dan salah satu teman bekerja di suatu kota yang sama, dan sama-sama baru lulus kuliah, tapi kami beda kampus dan beda peovinsi.  

Suatu ketika dia bercerita bahwa dia sudah punya pacar, dan menurut dia cocok untuk dijadikan teman hidup. Pas bincang-bincang, saya dimintai saran apa yang cocok untuk milih istri. 

Secara spontan saya menjawab, paling tidak bisa mengajari anak-anak pelajaran Sekolah Dasar ibarat tambah, kurang, bagi, dan dia menjawab, berarti cocoklah yang ini, karena dia lulusan SMA. Malam minggu tiba, dia pergi dengan sang pacar menikmati malam minggu sambil makan nasi goreng. 

Sembari menunggu nasi goreng selesai dihidangkan penjual, dia iseng-iseng bertanya, kalau satu dibagi satu berapa? Sang pacar menjawab, satu, dalam hati sikawan ok, cocok sudah, tapi dia tidak berhenti bertanya. Pertanyaan kedua, jika dua dibagi dua berapa, sang pacar menjawab dua, sang kawan mulau jengkel tapi sabar. 

Pertanyaan ketiga dilanjut lagi, tiga dibagi tiga, jawab sang pacar "tiga", sepuluh dibagi sepuluh, dijawab sepuluh, dengan agak jengkel sang kawan bertanya, jadi kalau setatus dibagi seratus, dijawab sang pacar seratus. 

Dengan nada jengkel sang kawan bertanya, kalau kita pesan nasi goreng 2 unruk kita berdua, masing-masing kita dapat berapa nasi goreng, jawab sang pacar "masing-masing kita dapat satu", dengan ketus sikawan menjawab itulah jawaban pertanyaanku dari tadi. Setelah sikawan cerita sama saya, malam minggu berikutnya akhirnya dia mengahiri hubungannya dengan sang pacar.

2+5(8-5)

Laman mefia sosial tertulis seperti diatas, maka saya melihat-lihat jawaban pengguna lain, apa gerangan jawabannya. Dari berbagai macam pengguna yang menjawab, jawabanya adalah 17 dan sebagian menjawab 21. Saya mengamati yang menjawab 21 membuat konstruksi matematikanya 

2 + 5(8-5)

2 + 5(3)

(2+5)*(3)

Saya membacanya jadu berfikir, masih banyak orang tua yang tidak bisa mengerjakan soal sederhana tentang penjumlahan, pembagian, pengurangan, dan perkalian. Seharusnyalah konstruksinya adalah

2 +5(8-5)

2 + 5(3)

2+ 15

17

Dengan demikian pembelajaran tatap muka sangat mendesak, demi pondasi belajar anak didik kokoh, tentu dengan protokol kesehatan yang ketat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun