Jika sesuatu terjadi padaku, itu pasti karena ada sesuatu yang perlu bertanggung jawab.
Kadang kala engkau mengatakan tidak, padahal aku butuh iya, itu karena engkau tak mengerti aku.
Di saat yang lain, engkau berkata iya, padahal aku butuh tidak, itu pun karena engkau kurang memahami maksudku.
Jika ada tanggung jawab yang harus kita tanggung bersama, engkau bilang kita duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, padahal aku maunya duduk aku lebih rendah dan dikala berdiri aku lebih tinggi, itu karena kau tak menghormatiku.
Jika dalam kehidupanku aku butuh bantuan darimu, engkau bilang tak bisa berbagi, padahal aku mau kau bagi, itu karena engkau tak melihat kebutuhanku.
Jika pun engkau memberiku yang aku minta, di kemudian hari engkau memintanya kembali, padahal aku mau engkau mengikhlaskannya, itu karena engkau tak punya rasa empati.
Jika ada sesuatu hal dalam perkumpulan yang harus diputuskan, kemudian pendapatku kurang kalian dengar, padahal aku maunya pendapatku yang disetujui, itu karena kalian tak menghormatiku.
Jika aku menyampaikan keluh kesahku, dan engkau membantahnya dengan fakta dan logika, padahal aku mau engkau mendukung keluh kesahku dengan mengabaikan fakta, itu karena engkau tak menganggapku.
Jika aku berada di satu tempat yang menurutku itulah tempatku berekspresi, engkau ada di sana, padahal aku mau engkau tak berada di situ, itu karena ada orang yang tak ingin aku berekspresi dan menjadi kekesalanku.
Jika aku berbeda politik denganmu dan pilihanku tidak memenangkan pertarungan, padahal aku berharap pilihanku pemenangnya, itu karena engkau tak mau melihat aku bahagia.
Jika aku melihatmu, begitu banyak aku lihat engkau tidak mendukung, tidak berempati, dan tidak menghargai aku, itu semua karena engkau tak peduli dan tak tanggap akan keadaanku.
Apakah engkau ini? Sehingga demikian padaku.
Mengapa engkau ini? Sehingga engkau tak menghargaiku.
Bagaimana denganmu ini? Sehingga engkau tak mengerti aku.
Tapi setelah setahun berlalu, di akhir tahun kulihat semua ke belakang, mengapa semua demikian? Di awal tahun aku tertegun, rupanya itu semua  "KARENA AKU MERASA". Seandainya aku tak selalu merasa, akh alangkah indahnya duniaku, padahal aku tahu, sumber segala kebaikan adalah: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Jika itu kulakukan, niscaya saya tidak akan timbul lagi yang selalu merasa.
Semoga saya tak lagi selalu merasa, sehingga saya terbebas dari perasaan curiga
SELAMAT TAHUN BARU 2021
Dunia akan lebih baik. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H