[caption caption="Salah satu lokasi di malinau"][/caption]Bumi Intimung (In/indah, Ti/tertib, M/makmur, Ung/unggul) malinau, dalam seminggu terakhir berselimut asap tebal. Sebagai kabupaten yang masih memiliki hutan luas maka keberadaan asap yang mempengaruhi kesehatan masyarakat malinau, apakah masyakat juga akan menumpahkan kemarhan kepada presiden Jokowidodo? Akhir-akhir ini kita disuguhi oleh pemandangan kabut asap yang luar biasa menyiksa, banyak sudah kerugian akibat kabut asap ini. Tapi tetap saja ada yang membandel dan tetap melakukan pembakaran secara sengaja. Dalam 2 hari terakhir kepekatan kabut asap di malinau semakin tebal. jarak pandang semakin berkurang, dan dua hari terakhir, matahari juga enggan menampakkan diri di bumi malinau.
Foto di atas saya ambil pada kamis 21 oktober 2015, tak jauh dari ibukota kabupaten malinau, yaitu di desa Tanjung Lapang. Keadaan asap semakin menebal, akan tetapi belum separah di kalimantan tengan dan di Riau. Sebagai daerah yang masih memiliki hutan luas, dan tidak ditemukan kebakaran lahan yang menggila, sepatutnya masyarakat malinau tidak pantas mendapatkan kado asap nan bernahaya ini. Akan tetapi, asap tak bisa ditolak kedatangannya dan dia akan bergerak sesuai arah angin yang membawanya. Tapi walaupun demikain, sejauh ini tidak ada terdengar protes, apalagi amarah yang ditujukan kepada presdiden.
Dalam keadaan demikian kita disuguhkan oleh kemarahan aktivis lingkungan dari kalimantan tengah, Chanee, dia begitu emosional dalam menyampaikan kemarahannya. Dan serta merta langsung menembak industri kelapa sawit. Saya tidak sedang membela industri kelapa sawit. Pengelola industri kelapa sawit ada yang nakal, dan kenakalannya telah berulang kali disebutkan penggiat lingkungan, dan setiap kali pula ada saja oknum penggiat industri sawit membandel dan tetap membuka lahan dengan cara dibakar, padahal sudah ada larangan membakar dalam kegiatan pembukaan lahan. Walaupun demikian industri sawit adalah industri padat modal dan sekaligus padat karya, banyak sudah kemajuan yang terjadi, terutama pelosok yang sulit dijangkau pemerintah. Dengan adanya industri sawit di pelosok, maka secara langsung dapat membuka akses ke pelosok yang selama ini sulit dijangkau.
Apakah layak kemarahan kita sampaikan kepada presiden? Jika semua kemarahan kita alamatkan kepada presiden, alangkah enaknya kepala daerah dan perangkat pemerintah daerah, tidak pernah mendapat protes dari masyarakatnya. Protes kepada presiden sepeetinya protes yang jauh dari resiko, jangankan protes marah, cacimaki dan fitnah ditujukan kepada presiden Jokowi, akhir-akhir ini seperti hal lumrah dan seharusnya. Seandainya sejak awal musim kemarau, semua pemerintah daerah yang daerahnya rawan bencana kebakaran melakukan pemantauan yang ketat maka ada peluang bencana ini akan lebih mudah dikendalikan.
Semoga asap ini segera berakhir dan tak terulang kembali di tahun yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H