Perkebunan sawit sangat identik dengan merusak hutan dan merusak lingkungan. Disisi lain, pembukaan perkebunan sawit sangat bermanfaat terutama daerah terpencil yang sulit dijangkau atau bahkan belum pernah terjangkau oleh pemerintah. Dengan membuka perkebunan sawit, lokasi yang terisolir dapat terbuka akses dengan dunia luar, dan akses informasi plus pendidikan dan kesehatan akan lebih mudah dijangkau oleh masyarakat pedesaan nan terpencil.
Perkebunan sawit memang sangat memerlukan lokasi yang sangat luas yang berada di satu hamparan yang luas. Semakin luas lokasi yang dijadikan perkebunan kelapa sawit yang berada di satu hamparan, maka akan semakin efisien perkebunan tersebut, sehingga tak heran jika kita memasuki areal perkebunan kalapa sawit, sejauh mata memandang akan tampak hamparan daun kelapa sawit nan hijau menyejukkan mata. Jika melihat kondisi nan hijau dan menyegarkan mata, maka anggapan bahwa perkebunan sawit merusak alam dan menjadi penyebab pemanasan global, sedikit terbantahkan.
Jika dibandingkan dengan pertambangan, perkebunan kalapa sawit sangat erat kaitannya dengan kelestarian alam, tentu jika dikelola dengan sangat betanggung jawab dan berkeadilan. Dalam perkebunan kelapa sawit, semua yang diolah dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai, baik itu bagi lingkungan maupun bagi ekonomi.
Hasil utama dari perkebunan kelapa sawit adalah CPO dan PKO, akan tetapi sampingannya ada yaitu berupa limbah (cair dan padat). Jika berbicara tentang limbah diperkebunan sawit, maka bagi orang yang belum pernah di perkebunan sawit akan langsung naik emosinya jika berbicara tentang limbah.
Limbah diperkebunan sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Limbah padat (janjang kosong) dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat bio gas, sebab janjang kosong akan menghasilkan gas metana yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi gas (bio gas) dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik, dan saat ini beberapa perkebunan kelapa sawit telah melakukan hal ini, sehingga tulisan ini bukan sekedar teori belaka. setelah gas metana habis dari janjang kosong, maka sisanya dapat dimanfaatkan sebagai kompos, dan hampir semua pabrik kelapa sawit sudah memanfaatkan janjang kosong sebagai kompos dan dikembalikan lagi ke lahan perkebunan kelapa sawit sebaga pupuk, dan penggunaan pupuk anorganik dapat dikurangi.
Limbah cair berupa sisa hasil pemisahan minyak sawit dan limbah, dewasa ini dimanfaatkan sebagai pupuk organik ke lahan perkebunan, dengan cara membuat kolam-kolam penampngan di dalam lokasi penanaman kelapa sawit dan dewasa ini hampir semua pabrik kelapa sawit menggunakan metode ini. Sehingga anggapan bahwa perkebunan sawit merusak lingkungan sedikit terbantahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H