Mohon tunggu...
John Rambo
John Rambo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Green Berrets special forces

Selanjutnya

Tutup

Politik

Overdosis Jokowi Sudah Memakan Korban

21 Juni 2014   22:43 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:53 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jokowi bagaikan candu bagi pengikutnya. Candu yg membuat pikiran melayang bagaikan diawang-awang. Tak sadar bahwa masih berpijak dibumi. Tak sadar  bahwa masih menjadi manusia biasa.

Beberapa kejadian terakhir membuktikan bahwa orang sekelas Wimar Witoelar bisa kecanduan Jokowi sehingga lupa daratan dan lupa ingatan. Wimar lupa bahwa ini hanya sekedar Pilpres. Sekedar pesta demokrasi untuk memilih Presiden untuk kita semua. Untuk rakyat Indonesia.

Memilih Presiden tidak sama dengan memilih Idol-idolan di TV. Memilih Presiden artinya memilih masa depan bangsa ini. Apa yg akan dilakukan Presiden secara langsung atau tidak akan berdampak  kepada semua orang tak terkecuali yg sebelumnya tidak memilihnya.

Kecanduan Wimar Witoelar sudah sangat akut sehingga dengan pongahnya menyerang Capres yg tidak disukainya. Akibat dari kesombongannya maka masyarakat menghukum Wimar Witoelar sehingga harus menutup akun twitter dan FB nya.

Lain lagi dengan Ade Armando kepongahan dan kesombongan yg ditampilkannya menjadi bumerang dan merusak nama baiknya sendiri. Ade Armando adalah dosen UI dan termasuk orang yg cerdas. Tetapi kesombongan dan Overdosis Jokowi membuat dirinya lupa bahwa segala sesuatu bisa terjadi. Kalah menang dalam pilpres itu sudah biasa tetapi ketika terlalu angkuh maka kejatuhannya sudah dekat seperti kata seorang profesor.

J.E Sahetapy, "Kesombongan berarti kejatuhan sudah dekat".

Mereka berdua adalah contoh pendukung berlebihan. mabuk akan tokoh yg mereka puja puji bagai tak punya salah. Mereka terlalu berani mengorbankan akal sehat dan kecerdasan intelektual mereka hanya untuk meyakinkan orang lain bahwa calon yg diusungnya adalah paling baik dan menganggap lawannya adalah seburuk-buruknya manusia.

Wimar Witoelar sudah meminta maaf meskipun tidak sepenuh hati. Tetapi itu sudah ditunjukkan olehnya bahwa dia salah dan secara ksatria mengakui kesalahannya.
Ade Armando masih juga mencoba membela diri atas kesombongannya. Kalau saja dia seberani Wimar Witoelar mungkin masalah "potong leher" akan berhenti sampai disini.

Overdosis Jokowi sudah memakan korban, dan mungkin akan ada korban berikutnya berjatuhan....
Apakah anda salah satunya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun