Suatu hari, sebuah kota di ujung timur Indonesia yang dijuluki kota seribu papan. Di kota itu hadirlah seorang politisi beragama katolik yang kaya tetapi jarang ibadat/ sembahyang di gereja.Â
Sewaktu-waktu pak politisi hendak bertemu dengan pastor di  pastoran untuk berbincang-bincang  soal batasan tanah antara gereja dan pemda,di  lokasi baru ujung  jalan Yosudarso.
Politisi mulai membuka pembicaraannya,, pastor saya hendak beritahu bahwa patok tanah  yang gereja buat itu 10 meterr untuk tanah  milik pemda.Â
"Ahh pak,, itu tidak lewat dan tidak ambil tanah pemda. Itu sudah batas luas tanah milik gereja". Kata pastor
"Ahh pastor itu sudah lewat 10 meter tanah milik  pemda", kata pak politisi.
Perdebatan panjang akhirnya pastor yang mengalah.
"Its oke, saya akan menyuruh salah seorang pengurus gereja untuk mundurkan patok 10 meter ke belakang lagi", kata pastor.Â
"Oke terima kasih pastor", kata pak politisi.
Perbincangan usai, pak politisi segera pamit ke rumahnya. Setelah ia pergi, pastor melihat dibawah kursi yang tadinya pak politisi duduk ternyata ada uang satu ikat sebesar 5 jt. Pastor segera amankan dan simpan di dalam  Alkitab, tepat di ayat emasnya yang berbunyi "Prajurit-prajurit bertanya kepada Yohanes, apa yang harus kami perbuat? Jawab Yohanes kepada mereka " Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu" (Luk 3: 14).
Setelah berapa menit kemudian,Â
Pak politisi kembali ke pastoran cari uang itu.