Oleh : John Lobo
Dunia persepakbolaan saat ini telah menjadi magnet yang menyedot perhatian semua kalangan baik perorangan, pemerintah, dan dunia usaha.
Oleh karena itu sepak bola diyakini bisa menjadi salah satu prime mover atau penggerak utama perniagaan yang strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena memiliki potensi market yang sangat besar mengingat sektor tersebut melibatkan banyak orang dari berbagai elemen.
Bicara tentang sepak bola di NTT, akan terasa hambar, tawar kalau tidak menyebut nama Klub Persatuan Sepa Bola Ngada (PSN).
PSN adalah Klub yang berasal dari Kabupaten Ngada, sebuah wilayah daerah tingkat dua yang memiliki luas wilayah 1.621 KM dengan jumlah penduduk 162.299 jiwa(2020).
Dalam hal sepak bola, masyarakat setempat meyakini bahwa penduduknya memiliki kemampuan menjadi pemain sepakbola yang handal karena adanya tenaga, daya, energi, gaya, dan kekuatan mengolah si kulit bundar yang dibawanya sejak lahir. Kabupaten Ngada adalah parameter sepak bola di NTT.
Fakta ini tak terbantahkan mengingat sejak digulirkannya Liga 3 tingkat lokal atau El Tari Memorial Cup (ETMC) tahun 1969 hingga 2017, PSN telah menyabet juara sebanyak 7 kali yakni tahun 1970, 1982, 1986, 1997, 2001, 2003, dan 2007. Bahkan tahun 2016 PSN nyaris menjadi juara liga 3 tingkat Nasional ketika kontra pada partai final melawan Perseden Denpasar di Stadion Manahan Solo.
Prestasi terkini yang sedang hangat dibicarakan adalah PSN U-17 menjadi kampiun dalam perhelatan Piala Soeratin tingkat provinsi tahun 2022 di Ende. Akankah gelar juara akan kembali di rengkuh oleh seniornya dalam ETMC di Lembata nanti?
Kendati memiliki seabrek prestasi namun penulis memiliki beberapa catatan kritis yang menjadi perhatian bersama antara lain: Pertama, pemain berbakat yang dimiliki oleh tim PSN keberadaannya tidak lahir melalui proses pembinaan dan kompetsisi sepak bola lokal yang dilakukan secara berjenjang berdasarkan kategori usia sejak dini hingga dewasa.