Oleh : John Lobo
Hari ini, Senin (16/5/2022) Â sekitar jam 08.06 WIB ada pesan masuk ke WhatApp saya yang dikirim oleh pak Mustofa ketua pembangunan Masjid Sirojul Muttaqin.Â
Isi pesannya berupa sapaan "selamat pagi dulur (saudara) bagaimana kabar?". Mengingat sedang sibuk dengan beberapa aktivitas di rumah saya menunda untuk membalas pesan tersebut. Bahkan ketika ada panggilan masukpun saya tidak mengetahuinya.
Jam 09.09 WIB ada pesan baru yang dikirim lagi oleh pak Mustofa. Kali ini bukan sapaan tetapi tangkapan layar yang berisi tentang jadwal pembagian logistik sukarela untuk pembangunan Masjid.Â
Setelah menyimak dengan seksama rupanya beliau (pak Mustofa) mau menyampaikan bahwa selama sepekan ini yakni mulai tanggal 16 -- 21 Mei 2022 kami warga RT.007 mendapat kesempatan untuk menyiapkan konsumsi untuk para tukang yang sedang membangun Masjid.Â
Pembangunan Masjid yang berada di RT.05 RW.13 Desa Japan Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto ini dimulai sejak  hari Minggu (19/9/2021) atau sekitar 7 bulan yang lalu. Sayapun memilih hari Sabtu sore sebagai waktu yang tepat untuk mengikuti Misa Kudus di Gereja Katolik Santo Yosef sehingga keesokan harinya bisa mengikuti kegiatan kerja bakti tersebut.
Setelah menyimak pesan dari Pak Mustofa saya berusaha untuk koordinasi dengan Ibu Ludgardis Keo, ketua PKK RT.07 sebagai koordinator yang mengurus logistik pembangunan Masjid.
 Sempat terjadi perdebatan kecil dengan istri saya mengingat dirinya lupa kalau jadwal pembagian logistik tersebut telah diterima sekitar Hari Kamis (12/5/2022) atau 4 hari yang lalu. Tanpa berpikir panjang saya kembali menghubungi Pak Mustofa sembari menyampaikan permohon maaf atas kelalaian kami tersebut.
Tidak ada cara menjadi baik secara instan. Guna membebaskan diri dari rasa bersalah atas kekeliruan menyimak pesan perihal pembagian jadwal pembagian konsumsi pembangunan masjid, istriku langsung menuju dapur untuk merebus air, pergi belanja kopi dan gula di toko selanjutnya membuat kopi. Setelah tahap ini selesai, kami mengantarnya ke RT.05.
Setibanya di lokasi kamipun menyerahkan dua ceret yang berisi minuman kopi dan jajan yang akan dinikmati oleh Pak Mustofa bersama 6 orang tukang lainnya. Setelah itu berdua langsung menuju warung Padang terdekat membeli makanan untuk konsumsi para tukang siang nanti.
Ketika perjalanan pulang dari warung Padang saya bertanya kepada ketua PKK RT.07 perihal sumber dana anggaran konsumsi untuk para tukang selama seminggu. Ibu Ludgardus menjelaskan bahwa " anggaran untuk konsumsi tersebut diambil dari dana PKK dan Rp.50.000 diambil dari setiap dasa wisma". Jumlah dasa wisma di RT 07. ada 4 Dawis.
Sebagai keluarga Katolik kami sangat menikmati proses dan pengalaman pagi tadi sebagai sarana untuk mencari formulasi yang baik dalam membangun hubungan baik dengan saudara yang berbeda keyakinan.Â
Dalam kapasitas sebagai umat Allah yang keberadaanya dilokalisir dalam hidup teritorial yang bernama lingkungan kami merasa terpanggil untuk mengambil bagian dan terlibat dalam memajukan karya cinta kasih/pelayanan (Diakonia) dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan Yesus Kristus (Martyria). Pewartaan dalam bentuk kesaksian hidup mungkin sangat relevan bagi kita di Indonesia. Kita hidup di tengah bangsa yang sangat majemuk dalam kepercayaan dan budaya.
Saya ingat akan kata-kata Romo Magnis dalam buku yang berjudul KATOLIK ITU APA ?. Beliau katakana bahwa "Gereja justru menunjukkan wajahnya dalam sekian banyak bentuk dan Gereja Katolik justru dihargai karena berbagai bentuk pelayanan sosial" ( Frans Magnis Suseno : 2017).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI