Oleh : John Lobo
Hari ini, Minggu (12/12/2021) dapat kiriman  video ketika anak-anak sedang membaca di peisisr pantai dari Romo Yono di Paroki St.Fransiskus dan Sta.Klara Aimere . Dalam video tersebut tampak aktivitas lain dari anak-anak yakni menjawab pertanyaan yang dilontarkan Romo tentang manfaat membaca.Â
Kisahnya unik dibalik video tersebut adalah bagaimana anak-anak "memaksa" Romo untuk mewujudkan janjinya agar memindah tempat baca. Karena lupa, maka saat istirahat siang anak-anak mendatangi pastoran sembri mengusulkan lokasi pilihan untuk membaca buku yakni di pantai. Romopun yang sedang tidur siang akhirnya bangun dan memuat buku serta anak-anak dengan pick up menuju pantai Aimere.
Durasi aktivitas membaca selama satu jam yang digagas oleh Romo merupakan strategi sederhana untuk membangun budaya tanding yakni nilai budaya yang berbeda dengan nilai-nilai yang ada dalam kebudayaan yang dominan dalam masyarakay sebut saja budaya nonton di televisi  maupun gadget. Televisi dan gadget telah melumpuhkan minat baca anak-anak.
Ada anggapan yang berkembang dalam masyarakat bahwa televisi dan gadget mampu memenuhi semua kebutuhan akan media dan merupakan sumber informasi serta media untuk menginterpretasi realitas.Tak dapat dihindari kehadiran media-media tersebut  secara sadar maupun tidak, telah menyeret anak pada sebuah kebiasaan untuk selalu menjadi penonton (melihat dan mendengar) saja.
Media tersebut telah menjadikan anak sebagai sasaran atau obyek dari sebuah pemberitaan.Tiap hari anak-anak dibombardir oleh berbagai informasi entah yang bersifat mendidik maupun yang melemahkan  daya imajinasi,inisiatif dan kreativitas.Kita bisa menghitung berapa konten yang sangat berguna dan memberi pengaruh yang bermutu bagi perkembangan anak-anak kita.
Menurut para ahli, kondisi membaca kita sedang berada pada situasi darurat. Hal ini diperburuk dengan masih dominannya budaya tutur (lisan) dan nonton daripada budaya baca. Budaya ini menjadi kendala utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat yang seharusnya mampu mengembangkan diri dalam menambah ilmu pengetahuannya secara mandiri melalui membaca.
Biacara tentang gadget, tanpa sensor atau saringan(filter) sedikitpun bagian-bagian dari media sosial itu menyusup masuk hingga ke ruang privat anak.Kapan dan dimanapun anak bisa menikmati berbagai sajian di dunia maya walau hanya bermodalkan menggerakan sebuku jari saja, dunia ini bisa dijelajahi.
Ada adegan dalam video tersebut dimana Romo juga bertanya kepada anak-anak perihal gadget. Ada beberapa yang menyebut tentang plus minus dari gadget. Itulah kenyataan.  Namun ada hal yang harus disadari bersama bahwa tidak terasa anak digiring menjadi sosok yang  egois dan apatis terhadap sesama dan lingkungannya.Yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh.Secanggih apapun sebuah media komunikasi, buku tetap menjadi media informasi yang tak terkalahkan.Membaca buku dapat membangkitkan imajinasi yang menggugah kreativitas yang tidak didapatkan ketika menonton dan mendengarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H