Mohon tunggu...
John Lobo
John Lobo Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rei-Rei Wara: Menghardik Roh Perusak Melalui Ejekan

9 November 2021   12:19 Diperbarui: 9 November 2021   12:27 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

P : Wara..... meo wara

Warga : Meo wara e... a e

P : Loe lau wio reo kego...

Warga : Wara loe lau wio reo kego

Semua : Ae ae ae e...


Menurut Didakus Lina, seperti yang ditulis oleh Martina Nginu (2019:41) mengatakan bahwa setelah dialog ini (Rei-rei Wara)dilajutkan dengan ritual He ulo yakni seruan untuk membangkitkan semangat bagi para peserta yang ikut dalam tarian.

 Selain itu, He ulo juga merupakan seruan untuk mengundang Nitu Dewa (roh leluhur) supaya bisa hadir dalam upacara tersebut. Upacara ini dilaksanakan sambil mengelilingi loka sedo guna memulai Sedo Deru. 

Setelah pemandu yang berdiri di atas ture lengi melihat bahwa persiapannya sudah. mantap, ia akan memberi komando untuk melaksanakan tarian Sedo Deru.

Oleh : John Lobo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun