Mohon tunggu...
John Lobo
John Lobo Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Gengsi Itu Pemali Buat Saya

11 September 2021   11:01 Diperbarui: 11 September 2021   16:19 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : John Lobo

Pasar Cakar Ayam terletak di Kelurahan Mentikan Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto . Tujuan dibangunnya pasar tersebut adalah untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat. Jarak tempuh dari rumah tidak membutuhkan waktu yang lama, hanya sekitar 10 menit saja.

Pada hari Minggu (5/9/2021) yang lalu, bersama istriku Ludgardis kami mengunjungi pasar tersebut untuk membeli ayam kampung yang selanjutnya diolah dan kami bawa sebagai oleh - oleh ketika mengunjungi keponakan Cindy yang baru melahirkan di Menganti Gresik. Cucu tercinta yang bernama Pedro Wago dari perkawinan Cindy dan Pice. Kebetulan saudariku yang juga mamanya Cindy yaitu Maria Salome juga ada di rumah. Maria datang jauh-jauh dari Waebelea untuk menemani Cindy pasca melahirkan sekaligus merayakan kebahagiaan bersama cucu pertamanya.

Suasana pasar ayam sangat ramai, bising dengan suara ayam yang berada dalam sangkar kotak dan yang dipegang oleh penjual untuk ditawarkan kepada pembeli eceran maupun pedagang lainnya yang ada didalam pasar tersebut.Setelah mengamati sepintas situasi, saya langsung menarik tangan istriku sembari mengajaknya untuk mencari saudara Fabianus Tapung, lelaki asal  Cibal Manggarai yang juga menjadi penjual jenis ayam kampung. Setelah membeli dua ekor ayam jantan, Fabi mengantar kami ke tempat penyembelihan ayam serta meminta darah untuk memasak saksang menu khas Batak

bersama Fabi di kotak penjualan yang terbuat dari bambu
bersama Fabi di kotak penjualan yang terbuat dari bambu
Fabianus lahir pada tahun 1978, saat ini usianya 42 tahun. Iamenyunting gadis asal Mojoagung dan hasil dari buah perkawinan mereka pada tahun  2005 kini telah hadir dua putrinya yang cantik. Putri pertama sedang mengenyam pendidikan di bangku SMP tepatnya di SMP Katolik Santo Yusup Mojokerto. Sedangkan anak keduanya masih di bangku sekolah dasar.

" Cita - cita saya waktu kecil sebenarnya mau menjadi guru" kata Fabi ketika mengirimkan pesan via WhatsApp. Oleh karena itu ia merantau ke Surabaya. Selama berada di kota Pahlawan dirinya berniat melaksanakan dua aktivitas sekaligus yakni bekerja sambil kuliah menjadi guru. Tidak mudah baginya untuk mengelola waktu kerja yang sangat padat apalagi harus bekerja selama 12 jam setiap hari.Mimpi sambil kuliah untuk menjadi gurupun terkubur karena tuntutan pekerjaan. Kala itu Fabilun berusaha untuk melupakan bahkan menguburkan cita-cita itu.

Seiring perjalanan waktu, pasca menikah banyak kesulitan ia alami terutama meningkatnya biaya hidup di kota besar. Penghasilannya juga hanya cukup untuk konsumsi semata bahkan ditambah lagi perusahaan tempatnya bekerja sedang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Fabi menjadi salah satu korban dari keputusan yang diambil pihak perusahaan. Kejadian ini ia alami sekitar tahun 2013.

Peliknya kehidupan di kota pahlawan membuat Fabi tidak patah semangat. Ia berusaha untuk mencari berbagai lowongan pekerjaan baik melalui media maupun teman-temannya. Setahun kemudian ia diterima menjadi tenaga pengaman di Mojoagung. Tanpa berpikir panjang semua anggota keluarga diboyong agar dekat dengan tempat kerjanya yang baru.Jarak tempat kerja yang dekat dengan rumah dan ada waktu luang yang tersedia, dirinya mencoba untuk beternak ayam.

tempat penyembelihan ayam. dok.pribadi
tempat penyembelihan ayam. dok.pribadi
Nahas menimpa dirinya ditahun yang sama dimana mengalami kecelakaan yakni patah tulang dan saraf terjepit karena jatuh dari ketinggian sekitar 6 meter. Akibatnya dalam bekerja kurang maksimal dan pihak perusahaan pun meminta dirinya untuk mengundurkan diri.

Fabi ikhlas merespon keputusan pihak perusahaan namun dirinya tetap memiliki semangat dan optimisme. Dua sikap itu ia pegang dan selalu menjadi spirit yang menggugah dirinya untuk memaknai setiap peristiwa hidup sebagai bagian dari rencana Tuhan. " Tuhan yang saya imani itu dekat dan pasti punya rencana yang indah bagi saya dan keluarga".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun