Mohon tunggu...
John Lobo
John Lobo Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Rasa Percaya Diri Siswa Katolik di Sekolah Negeri

2 September 2021   07:54 Diperbarui: 3 September 2021   04:14 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
setelah DBL di lapangan basket. dok.pribadi

Kendati mereka memiliki sejumlah talenta, motivasi, dan prestasi belajar yang hebat pada masa lalu jika tidak mampu mengelola perbedaan agama yang ada di lingkungan sekolah dan lingkungan pergaulannya bisa saja semua itu hanya akan menjadi cerita semata untuk saat ini.Peserta didik yang berkarakter pada abad 21 bukan terletak pada sikap untuk mendekap erat stigma minoritas tetapi terletak pada kemampuannya untuk berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, kemampuan untuk membuat sesuatu hal yang baru dan berbeda , kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan berkolaborasi.

Persoalan minder atau rendahnya keyakinan pada kemampuan diri sendiri dan rasa tidak percaya diri sebagai minoritas yang mendera remaja Kristiani di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto merupakan bentuk kegelisahan dimana penyelesaiannya tidak terbatas pada tataran fisik-manusiawi semata.Peserta didik perlu digiring masuk pada kedalaman dirinya dan dihantar menuju pengalaman hidup rohani (iman) perihal perbedaan. Lewat pengalaman iman mereka akan menyadari bahwa melalui perbedaan kita bisa saling memperkaya dan dibalik perbedaan tersimpan tujuan luhur dari Tuhan bagi manusia.

Oleh karena itu diperlukan beberapa strategi antara lain, pertama : membangun pemahaman pengetahuan dan sikap peserta didik agar mampu menerima dirinya dan mensyukuri hidupnya sebagai anugerah atau pemberian cuma-cuma dari Allah. Selanjutnya anak-anak diberi motivasi agar memiliki sikap tanggung jawab dan mampu mengembangkan berbagai talenta, potensi yang ada didalam dirinya. Potensi adalah kekuatan. Oleh karena itu membandingkan dirinya dengan orang lain adalah sebuah kekeliruan fatal yang menyeret dirinya untuk tenggelam dalam perasaan rendah diri. Ketika proses tersebut dilaksanakan, peserta didik akan mencapai kebahagian hidup yang sejati. Mereka sungguh dijauhkan dari sikap minder. Kaum remaja Kristiani benar-benar menjadi dirinya sendiri sebagai sosok pribadi yang unik dan berharga baik bagi dirinya sendiri maupun sesama.

Doa bersama di Aula sekolah. dok pribadi
Doa bersama di Aula sekolah. dok pribadi

Kedua : membangun pemahaman pengetahuan dan sikap peserta didik agar mampu berpikir dan bersikap positif serta memiliki kebanggaan bahwa dirinya berbeda dengan yang lain. Melalui perbedaan siswa bisa saling memperkaya dan melengkapi serta bersyukur akan segala hal yang ada pada dirinya sebagai hadiah istimewa dari sang pencipta yang sangat sempurna dan baik adanya.Dengan demikian siswa tidak akan minder karena persoalan minoritas bahkan tidak akan membandingkan dirinya ataupun berniat menggantikan agama yang dianutnya seperti keyakinan temannya yang mayoritas.

Dua strategi tersebut disampaikan kepada peserta didik ketika proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung di perpusatakaan dan Dzikir Bersama Lover's (DBL) serta dalam kegiatan ekstra Seksi Kerohanian Kristen dan Katolik (SK3) setiap hari Sabtu jam 10.00 -- 11.00 WIB. Terminologi DBL adalah program kegiatan kerohanian sekolah bagi guru, karyawan, dan siswa yang beragama Islam.Khusus kepada non Muslim (Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu) disebut Doa Pagi Bersama. Pelaksanaannya pada pagi hari sebelum KBM dimulai yakni jam 06.30--07.00 WIB. Lokasinya pun ditempat yang berbeda. Non Muslim bertempat di lapangan basket sedangkan guru, karyawan, dan siswa Muslim di lapangan upacara.Kegiatan doa pagi bersama terdiri dari beberapa acara antara lain; menyanyikan lagu pujian, persembahan doa-doa seperti doa syukur, mohon perlindungan selama KBM berlangsung, doa untuk orang tua dan bapak ibu guru serta seluruh keluarga besar SMA Negeri 2, doa untuk para pemimpin, dan doa bagi anggota keluarga yang sakit, pembacaan Injil dan penyampaian renungan atau refleksi singkat terhadap bacaan dari guru, persembahan dan lagu sebagai penutup. Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan literasi (membaca dan mengisi jurnal) hingga pukul 07.00 WIB.

Perihal faedah dari DBL disampaikan oleh Patricius Yoga Advenda dalam tulisan berikut ini "Saya beruntung memiliki guru agama yang bisa tiap hari kami temui .Tidak semua sekolah di Negeri Mojokerto memiliki guru agama Katolik. Setiap pagi saat doa pagi bersama jam 06.30 dan saat pelajaran, Pak John guru agamaku selalu mengingatkan anak didiknya agar kita menjadi terang dan garam ditengah-tengah masyarakat terutama di lingkungan sekolah melalui kata-kata, sikap dan cara hidup yang baik. Kami selalu diberi motivasi seperti itu agar tidak menjadi anak yang minder dan pemalu, walaupun kita minoritas . Dengan Talenta yang diberikan Tuhan, kita bisa melakukan hal lebih dan luar biasa di sekolah. Bakat dan potensi apa yang kamu miliki harus dikembangkan. Itu adalah bukti bahwa kamu mencintai talenta dari Tuhan. Itu pesan beliau yang saya ingat. Selain itu kami juga diberi motivasi agar senantiasa menjadi pelayan seperti Yesus, selalu rendah hati dan sabar, serta jika diberi kepercayaan lakukanlah itu sebagai pemberian terbaik bagi sekolah tercinta" (Berpikir Positif Terhadap Perbedaan Agama : Kompasiana).

Demikian juga dengan tulisan dari Aloysius Juan Farel Lumentut bahwa melalui kegiatan DBL pak John selalu mengingatkan bahwa "kita bagaikan kawanan domba ditengah-tengah serigala. Keberadaan iman kita diuji ditengah banyak tantangan dan godaan disekitar. Maka daripada itu, sebagai seorang Katolik, kita diharapkan menjadi seorang pengikut Yesus yang setia pada panggilan yakni selalu melayani. Melayani dapat dilaksanakan dalam berbagai kondisi dan situasi. Dalam hal ini, saya berusaha menjadi seorang pelayan dan pekerja kebun anggur Tuhan lewat bidang yang saya sukai"(: Menghadirkan Wajah Gereja Katolik di Sekolah Negeri : Kompasiana)

Baik DBL maupun SK3 merupakan program sekolah yang didesain untuk mewujudkan misi SMA Negeri 2 sebagai sekolah multkultural. SMA Negeri 2 bukanlah semata-mata zona untuk menuntut ilmu pengetahuan, mengembangkan bakat, minat dan menciptakan kemampuan serta menemukan daya kreativitas serta komunitas studi semata. SMA Negeri 2 adalah kawasan pembelajaran yang humanis dan nyaman bagi semua murid dari berbagai latar belakang yang ingin belajar mencari identitas diri dan mengembangkan seluruh kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya sendiri.

Ketiga : membangun pemahaman pengetahuan dan sikap peserta didik agar memiliki sikap yang moderat dalam beragama melalui lomba menulis dengan tema MENJADI SISWA KATOLIK DI SEKOLAH NEGERI pada tahun 2019. Melalui kegiatan menulis diharapkan peserta didik mampu terhindar dari perilaku atau pengungkapan yang menutup diri terhadap perbedaan sehingga menjadi pribadi inklusif. Hasil seleksi lomba menulis tersebut saya mendapatkan 4 tulisan terbaik dari Aloysius Juan Farel Lumentut siswa kelas XII.MIPA 6 dengan judul tulisan Menghadirkan Wajah Gereja Katolik di Sekolah Negeri. Berikutnya Patricius Yoga Advenda kelas XII MIPA 5 : Berpikir Positif Terhadap Perbedaan Agama, Natalia Ais Walinono kelas XII IPS 1 : Ada Kebaikan dalam Diri Sahabatku yang Berbeda Agama, dan Bernadet Papuacte Narendra kelas XI MIPA 1 dengan judul tulisan : Kegiatan Ekstra Kurikuler Kristiani di Sekolah Negeri. Semua tulisan siswa kendati tidak masuk dalam kategori terbaik juga mendapatkan apresiasi.Khusus ke-4 tulisan terbaik saya kirim ke Kompasiana.

Berbagai praktik baik yang merupakan skenario untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan menghilangkan sikap minder siswa Kristiani di sekolah negeri merupakan proses panjang dimana hasilnya tidak langsung dirasakan dalam waktu singkat. Berkat motivasi yang tiada henti dan dorongan yang kuat dari dalam diri untuk berkembang menjadi lebih baik beberapa perubahan signifikan mulai membuahkan hasil seperti Jemi yang selalu menempati peringkat satu dalam olimpiade bidang Matematika tingkat Kota dan beberapa sahabatnya yang mampu memberikan penampilan terbaiknya dapat bidang non akademis seperti paduan suara dll juga dalam kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Bahkan pada upacara memperingati HUT kemerdekaan RI yang ke 76 yang lalu saya bangga terhadap Imleda Alodia salah satu siswi Katolik kelas XI MIPA 3 yang tampil sebagai konduktor atau dirigent.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun