Mohon tunggu...
John Lobo
John Lobo Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Rasa Percaya Diri Siswa Katolik di Sekolah Negeri

2 September 2021   07:54 Diperbarui: 3 September 2021   04:14 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doa bersama di Aula sekolah. dok pribadi

* John Lobo

Selama 15 tahun menjalani profesi sebagai pendidik yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (PAK-BP) pada jenjang  SMA di sekolah negeri terutama SMA Negeri 2 Kota Mojokerto, ada beberapa persoalan yang sering saya hadapi. Jika diidentitifkasi secara detail saya menemukan tiga problem mendasar antara lain; pertama , jumlah peserta didik yang Kristiani  sangat sedikit. Kedua, pelaksanaan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) biasanya dilakukan diluar kelas. Tempat alternatifnya di perpustakaan atau lokasi lain tergantung kesepakan antara siswa dan guru.Ketiga, rendahnya keyakinan siswa Kristiani   terhadap kemampuan dirinya untuk mengembangkan potensi atau talenta yang dimiliki.

Tumbuhnya ketiga persoalan tersebut tentu didasari dengan dalihnya masing-masing. Misalnya pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2021/2021, siswa Katolik yang mengenyam pendidikan di SMA Negeri Kota Mojokerto berjumlah 20 orang. Rinciannya ; kelas X ada 4 siswa, kelas XI berjumlah 7 orang, dan kelas XII ada 9 orang. Secara kuantitatif harus diakui bahwa jumlah umat Katolik di kota Mojokerto menempati urutan ketiga berada dibawah populasi umat Islam dan Protestan.Merujuk data yang dirilis oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Mojokerto yang diambil dari data kependudukan per-tanggal 15 Agustus 2021 bahwa umat Katolik yang ada di Kota Mojokerto berjumlah 1837 orang. Populasi penyebarannya ada di 3 kecamatan yakni; Magersari, Kranggan, dan Prajurit Kulon. Jumlah SMA dan SMK baik negeri maupun swasta yang tersebar di kota Onde - Onde juga turut mempengaruhi minat dan pilihan peserta didik untuk masuk ke SMA Negeri 2 walaupun dalam Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pemerintah telah menyediakan 4 jalur yakni ; jalur prestasi, afirmasi, zonasi, dan perpindahan orang tua.

Lembaga melalui urusan kurikulum mendesain jadwal KBM untuk semua peserta didik termasuk pelaksanaan PAK-BP. Berhubung di setiap kelas mayoritas siswanya beragama Islam maka pada saat pelajaran agama, penganut agama lain seperti Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang ada artinya peserta didik tersebut  diberi kebebasan untuk meninggalkan kelas dan mengikuti KBM agama yang dianutnya di perpustakaan atau tempat lain berdasarkan kesepakatan antar guru dan siswa. Ini keputusan yang bijak sehingga semua siswa bisa mendapatkan pelayanan mata pelajaran sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing.

KBM di perpusatakan. dok.pribadi
KBM di perpusatakan. dok.pribadi

Rendahnya rasa percaya diri atau keyakinan siswa Kristiani  terhadap kemampuan untuk mengembangkan potensi atau talenta yang dimiliki menurut hemat saya merupakan perkara serius yang menjadi perhatian utama dan perlu segera diatasi. Persoalan demikian  seyogyanya tidak dibiarkan begitu saja mengingat mereka adalah generasi masa kini yang akan membawa bangsa ini menuju kesejahteraan dimasa yang akan datang. Motivasi dan pendampingan sangatlah penting dengan orientasi kedepannya adalah agar peserta didik memiliki sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri dengan demikian mereka bisa secara otonom melakukan hal-hal yang sesuai dengan impian serta memiliki tanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya.

Persoalan yang ketiga ini muncul tatkala mereka mengetahui bahwa jumlah teman-teman yang seiman dengan dirinya (Kristiani) terlalu sedikit jika dibandingkan dengan sahabatnya yang beragama Islam. Apalagi hal tersebut dialami oleh siswa yang sebelumnya berasal dari sekolah Katolik.Seperti yang ditulis oleh Patricius Yoga Advenda, siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto kelas XII.MIPA5 berikut ini "Mengenyam pendidikan di sekolah negeri merupakan sesuatu yang baru bagi saya, mengingat selama ini kami empat bersaudara sejak TK hingga SMP sekolah di lembaga pendidikan swasta yakni sekolah Katolik. Pada waktu di sekolah swasta Katolik iman saya bertumbuh tanpa halangan atau rintangan yang berat"(Berpikir Positif terhadap Perbedaan Agama : Kompasiana 28 November 2020).

Melabeli diri dengan stigma minoritas pada diri maupun kelompok sendiri adalah upaya untuk mengerdilkan dan membatasi ruang gerak sekaligus membangun sikap eksklusif dalam hidup bersama. Jika hal ini terus didengungkan dan dipertahankan akan menjadi batu sandungan yang bisa menghambat perkembangan peserta didik.Pemicu berbagai kekerasan psikis seperti diejek dan lain-lain  terhadap siswa yang minder karena merasa minoritas disinyalir karena adanya rasa percaya yang rendah dari yang bersangkutan.

setelah DBL di lapangan basket. dok.pribadi
setelah DBL di lapangan basket. dok.pribadi

Seperti tulisan Aloysius Juan Farrel Lumentut siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto kelas XII.MIPA6 saat ini di Kompasiana tanggal 1 Desember 2020. Dalam tulisan yang berjudul : Menghadirkan Wajah Gereja Katolik di Sekolah Negeri, Juan menuangkan pikirannya bahwa "Terkadang ada hal tertentu yang membuat kurang sreg dimana masih ada yang menyoroti dan memperhatikan setiap aktivitas kami, yang nota bene berbeda dengan aktivitas yang dilakukan siswa lain khususnya dalam kegiatan keagamaan. Masih ada pula beberapa siswa yang menganggap bahwa perbedaan agama adalah suatu hal yang aneh. Hal-hal tersebutlah yang akhirnya muncul dalam benak bahwa kira-kira demikianlah nasib kami yang minoritas".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun