Mohon tunggu...
John Lobo
John Lobo Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi dan Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Albaku Pernah Dijadikan Mukena

26 Mei 2021   22:58 Diperbarui: 10 Desember 2021   05:27 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Partisipan Zoom (dok.Pribadi)

Oleh : John Lobo 

Hari Rabu (26/5/2021) sekolah Konsili Vatican II memasuki pertemuan ke 7 ( ketujuh) dengan tema Lumen Gentium : Gereja Bermisi dan Berdialog. Pengajar malam ini adalah Romo Al. Budi Purnomo, Pr, Lic.Teo dari Keuskupan Agung Semarang.

Saya mengenal Romo Budi sekitar tahun 1998 ketika mengikuti ret-ret di  Wisma Semedi Sangkal Putung Klaten. Beliau menjadi pendamping selama tiga hari ketika kami menjalani aktivitas  menenangkan dan memulihkan diri dari kesibukan sehari-hari dan fokus untuk berdoa, berefleksi, membaca Kitab Suci, dan bermeditasi.

Susunan acara Zoom (dok.pribadi)
Susunan acara Zoom (dok.pribadi)

Pertengahan tahun 1999 bersama  Mas Wawan adiknya Romo Budi yang juga teman kuliah di Sekolah Tinggi Kateketik Widya Yuwana Madiun, kami mengunjungi beliau ketika bertugas di Paroki Santo Antonius Muntilan Jawa Tengah.

Pertemuan virtual malam ini membangkitkan kembali kisah bagaimana kuatnya pengaruh sosok Romo Budi dalam hidup dan panggilanku sebagai Katekis volunteer dan guru Agama Katolik. Jika direfleksikan secara mendalam dapat dikatakan bahwa berbagai gerakan pencerdasan (literasi) dan aksi kemanusiaan serta partisipasi aktif saya di berbagai segmen kehidupan bermasyarakat, seperti sepakbola dll tidak terlepas dari figur romo Budi.

Baik dalam pemaparan materi maupun menjawab pertanyaan dari partisipan, romo Budi selalu menampilkan slide dan contoh konkrit bagaimana ia membangun hubungan baik dengan sejumlah orang dari berbagai kelompok agama seperti dengan Habib Lutfi dan KH. Mustofa Bisri juga dengan berbagai tokoh lain. Hal ini tentu tidak terlepas dari kapasitasnya sebagai Ketua Komisi Hubungan Antar-agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang dan kepala di campus Ministry Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Sebagai penanggung jawab campus Ministry Romo Budi berkisah tentang kejadian bagaimana dirinya mengikhlaskan Albanya yang pernah digunakan oleh mahasiswi untuk dijadikan sebagai mukena untuk sholat. Alba adalah pakaian putih panjang hingga sebatas pergelangan kaki, dan memiliki lengan panjang hingga pergelangan tangan. 

Kata "alba" dalam bahasa Latin artinya "putih". Alba adalah pakaian luar yang umum dikenakan di kalangan Graeco-Romawi dan mirip dengan soutane yang dikenakan di Timur Tengah. Tetapi, mereka yang berwenang mengenakan alba dengan kualitas yang lebih baik dengan aneka sulaman atau gambar.

Tujuan rohani alba adalah mengingatkan imam akan pembaptisannya, saat kain putih diselubungkan padanya guna melambangkan kemerdekaannya dari dosa, kemurnian hidup baru, dan martabat Kristiani (yesaya.indocell.net). Sedangkan Mukena adalah kain selubung berjahit (biasanya berwarna putih) untuk menutup aurat wanita Islam pada waktu salat (KBBI, III, 2000 : 760).

Romo Aloysius Budi Purnomo (dok.Pribadi)
Romo Aloysius Budi Purnomo (dok.Pribadi)

Pengalaman meminjamkan Alba kepada mahasiswinya untuk digunakan sebagai mukena memang terjadi cuma sekali dan selanjutnya Romo Budi menyiapkan Mukena ditempatnya dan sengaja disiapkan bagi mahasiswi yang hendak salat.

Dalam konteks Gereja yang bermisi dan berdialog sepenggal kisah inspiratif Romo Budi diatas adalah sebuah kekuatan yang mendorong kita untuk bisa melakukan usaha sekecil mungkin dalam merawat sprint Konsili Vatican II.

Penulis lahir pada tanggal 9 Juli 1972 di kampung yang dijuluki negeri sejuta jurang tepatnya Kampung Woeloma, Deru Desa Nenowea Kecamatan Jerebuu Kabupaten Ngada Flores NTT. Menyelesaikan pendidikan S-1 pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan bidang Kateketik Widya Yuwana Madiun Jawa Timur. Saat ini bekerja sebagai Guru Pendidikan Agama Katolik di SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Tahun 2004 menikah dengan Ludgardis Keo dan mendapatkan anugerah Tuhan dua orang putra yaitu Claudius M.C. Wogo dan Diego de San Vitores Lina. Selain guru, penulis juga editor buku kumpulan esai “Bahasa Indonesia dalam Revolusi Industri 4.0” terbitan Temalitera Mojokerto.Penulis artikel dalam buku “ Guru Limited Edition” yang diterbitkan oleh Forum Indonesia Menulis dan buku “ Menapak Jejak Literasi di Masa Pandemi” (Karya bersama Kepala Sekolah, Guru, dan peserta didik SMA Negeri 2 Kota Mojokerto). Tahun 2021 terpilih sebagai Guru Motivator Literasi tingkat Nasional. Aktif dalam karya kemasyarakatan yakni sebagai penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdB), Anggota Pustaka Bergerak Indonesia, Pendiri Sa’o Pustaka dan beberapa Taman Baca serta pegiat literasi nasional. Lewat GKdB penulis menggerakan masyarakat baik secara pribadi maupun komunitas dalam mendonasikan buku untuk anak-anak di seluruh Indonesia. Penulis bisa dihubungi via email ; yohanesdonboscolobo@gmail.com, FB: john lobo, IG : John Lobo, dan WA ; 082157531016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun