Oleh : Patricius Yoga AdvendaÂ
Shallom. Berkah dalem. Salam sejahtera bagi kita semua. Halloo, perkenalkan nama saya Patricius Yoga Advenda. Saya beragama Katolik. Lahir di Mojokerto, 12 Desember 2003. Saya anak ke 2 dari empat bersaudara.
Saya akan berbagai pengalaman atau kisah hidup saya bagaimana rasanya menjadi siswa Katolik yang sejak kecil sekolah di lembaga Katolik kemudian sekarang sekolah di Negeri yang mayoritas teman-teman agamanya berbeda dengan saya.
Pertama-tama saya bersyukur kepada Tuhan Yesus karena saya bisa diterima di SMAN 2 Mojokerto. Walaupun sekarang ada sistem zonasi, tidak semua orang dengan mudah bisa masuk di SMAN 2 Mojokerto. Bagi warga Mojokerto, sekolah ini merupakan sekolah favorit artinya lembaga memiliki fasilitas lengkap, berkualitas, sehingga banyak pelajar bersaing untuk masuk.
Para siswa dan orangtua siswa memburu sekolah favorit sehingga anak-anak berprestasi dan orangtuanya mampu berkumpul di lembaga ini . Selain itu, banyak prestasi yang telah ditoreh oleh lembaga ini seperti; juara 3 lomba perpustakaan tingkat nasional.
Bahkan sebelumnya Sekolah Menengah Atas Negeri ini merupakan sekolah bertaraf internasional (RSBI) atau yang biasa disebut Buwitashakti (Bumi Wiyata Setya Bhakti) dan programnya yang terkenal kala itu adalah Inscada (Innovative School of SMANDA) serta berdiri pada tanggal 9 Oktober 1982.
Kujatuhkan pilihan untuk mengenyam pendidikan di sekolah tersebut bukan karena alasan zonasi tetapi saya ingin memiliki pengalaman dan pandangan yang lebih luas serta memiliki akses yang lebih mudah untuk masuk di universitas negeri mengingat status yang disandang adalah A. Artinya sekolah tersebut sudah memenuhi semua standar sebagai lembaga penyelengaara pendidikan.
Mengenyam pendidikan di sekolah negeri merupakan sesuatu baru bagi saya, mengingat selama ini kami empat bersaudara sejak TK hingga SMP sekolah di lembaga pendidikan swasta yakni sekolah Katolik. Pada waktu di sekolah swasta Katolik iman saya bertumbuh tanpa halangan atau rintangan yang berat. Saat ini saya sering ditanya tentang iman yang dianut  dan terkadang disindir oleh segelintir teman yang belum memahami arti sebuah keyakinan. Inilah perbedaan antara sekolah Katolik dan negeri.
Masih tersimpan dengan baik dalam ingatanku saat pertama kali masuk sekolah ini terutama ketika mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada hari Senin minggu ke 3 bulan Juni 2019 . Bersama sahabat seangkatan kami dikukuhkan menjadi siswa SMA Negeri 2 Kota Mojokerto. Dua perasaan yang sangat menghantui saat itu adalah malu dan canggung. Dampak dari perasaan tersebut membuat saya sepertinya sulit berkomunikasi dengan teman-teman yang berasal dari berbagai SMP. Setelah pembagian kelas malu, canggung dan sulit berkomunikasi masih tetap melekat pada saya dan itu yang membuat saya merasa tertinggal soal pelajaran. Kesulitan beradaptasi ketika pertama kali menginjakkan kaki di SMA Negeri 2 adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Â
Belajar diawal masa SMA memang beda dengan jenjang pendidikan sebelumnya,. Semakin tinggi tingkatan semakin sulit dan harus lebih mandiri. Ternyata diriku awal masuk SMA masih belum siap dan merasa kelelahan karena tugas yang semakin banyak. Tetapi saya berpikir bahwa menjalankan tuntutan ini tidak sendirian, teman-temanku juga merasakan hal yang sama. Jadi saya harus semangat. Bersama teman sekelas kami saling menyemangati dan saling membantu. Di kelasku terdapat aneka ragam agama. Saya beruntung masuk kelas yang memiliki anekaragam agama seperti; Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, dan Hindu. Sehingga dalam kelasku keyakinannya sangat beragam.
Kami saling menghormati dan menjaga hubungan baik antar agama di kelas. Karena saking baiknya terkadang kami ungkapkan dalam bentuk caandaan. Apabila candaan berlebihan terkadang saya merasa sakit hati. Jika merasa tersinggung dua sikap yang saya tunjukkan kepada teman-teman adalah menyimpan semua persoalan itu di dalam hati dan memberi teguran agar tidak mengulangi lagi hal yang membuatku sakit hati..