Mohon tunggu...
Kei Kurnia
Kei Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Believing is Seeing

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Merias Wajah, Menghias Kenangan Indah: Lika-Liku Kuas Seorang Make Up Artist

6 Desember 2022   10:00 Diperbarui: 6 Desember 2022   10:50 1449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto dari Instagram @diahelf.makeup

Fajar masih molor di tengah peraduannya. Bunyi jangkrik masih terdengar di persawahan. Pukul 02,00 WIB, seorang wanita muda bangun dari mimpi indahnya. Ia mesti bersiap menyiapkan "senjata tempurnya" dini hari itu. Kuas dan produk make up ia bersihkan dan masukkan ke dalam koper andalannya. Setelah itu ia membersihkan diri dengan siraman air dingin. Pagi ini ia harus berangkat ke Cangkringan, Sleman. Dari Sewon jarak tempuh yang ia capai lebih kurang 20-an kilometer. Pagi ini berbeda. Ia ditemani seorang pria berkacamata menuju tujuannya. Tepat pukul tiga seperempat, mereka berangkat.

Make Up Artist (MUA) atau dalam bahasa Indonesia disebut seniman tata rias adalah pekerjaan yang membutuhkan skill memadu padankan produk dan alat make up untuk merias wajah seseorang sesuai dengan kebutuhan klien. Profesi ini dibutuhkan dalam berbagai acara penting seperti pernikahan (wedding), tunangan (engagement), wisuda, pesta, dll. MUA dikenal sebagai seseorang yang siap sedia merias wajah klien agar semakin cantik/tampan dan memesona selama acara penting klien berlangsung. Seseorang yang menggunakan jasa MUA pasti ingin acaranya dikenang sebagai salah satu fase terbaik dalam hidup mereka. Di sinilah seorang Make Up Artist (MUA) menjawab keinginan itu.

Diahelf Make Up Artist adalah salah satu MUA asal Jogja yang turut serta mengabadikan kenangan indah kliennya dengan sentuhan istimewa dari kuas dan produknya. Futa, begitu ia akrab disapa sudah menjalani profesi sebagi freelance Make Up Artist sejak SMA. Berawal dari kesukaan mengoleksi sisa alat make up bekas tetangganya seperti bedak, jiwa seorang Make Up Artist tumbuh dari seorang gadis kecil berusia 5 tahun. Pada waktu itu ia sering didandani tetangganya dan mempunyai palet berbentuk love sendiri. Sejak kelas 3 SD ia sudah menggunakan body lotion seharga 3 ribu rupiah yang ia sisihkan dari uang saku mingguannya sebesar 7 ribu rupiah.

Kesukaan merawat diri semakin terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Ketertarikan dengan lawan jenis juga menambah semangatnya untuk terus rajin merawat diri. Cie-cie-cie. Sampai pada SMA, keinginan untuk terjun di dunia make up semakin menyala. Dia rajin membantu make up dalam acara pentas seni, paduan suara, tari, dll di SMA-nya. Ketika wisuda ia pun sudah merias wajahnya sendiri dengan bantuan sang ibu yang menata rambut putri kesayangannya (hair do). Akhirnya, setelah wisuda SMA, dia mempunyai alat make up-nya sendiri yang cukup lengkap.

Pada masa seragam putih abu-abu inilah ia mendapatkan klien pertama. Klien pertamanya yaitu adik kelas SMA-nya yang melangsungkan wisuda. "Respons klien waktu itu, ya bilang cantik", ingatnya saat itu. Sedikit demi sedikit Futa pun rajin belajar dari beauty vlogers mulai dari cara memasang tarif hingga tips membeli produk make up. Mba Jatu MUA adalah salah satu sosok yang menginspirasinya sampai saat ini.

Masa-masa awal kuliah Futa diisi dengan membikin konten make up di YouTube. Feed Instagram juga jadi wadah untuk portofolio dirinya. "Waktu itu isi feed-ku, ya mukaku sendiri," ujarnya. Pernah melakukan promosi melalui platform lainnya seperti Facebook, tetapi tidak semulus Instagram. Ketika masa kuliah ini juga ia rajin mengikuti beauty class dengan modal pertama kali 175 ribu rupiah kala itu. Kegagalan dalam membuat alis menyadarkannya bahwa ia masih butuh ilmu untuk menambah kemampuannya.  

Diahelf.makeup sedang mengadakan kelas make up di Poltekkes Godean, Yogyakarta. Sumber foto dari Instagram @diahelf.makeup 
Diahelf.makeup sedang mengadakan kelas make up di Poltekkes Godean, Yogyakarta. Sumber foto dari Instagram @diahelf.makeup 

Sistem booking order yang ia terapkan pertama kali hanya menggunakan DM Instagram lalu berkembang dengan link yang ia taruh di bio Instagram @diahelf.makeup yang dikelolanya saat ini. Pertanyaan umum yang pertama kali Futa ajukan dengan kliennya berkutat pada tanggal berapa make up, pukul berapa, dan acara apa. Dia bukan tipe yang begitu getol mengejar klien. "Kalau ga cocok sama price list, ya brati belom jodoh", tandasnya. Mayoritas klien yang ditanganinya cenderung ingin dirias dengan natural look. Banyak klien yang merasa sentuhan tradisional terlalu tebal, depul, dan merona.

Dalam menangani klien ia berusaha memahami kebutuhan tiap kliennya. Tak lupa ia selalu memastikan jenis kulit wajah tiap klien agar produk yang digunakan nanti efektif dan sesuai request klien. Biasanya para klien juga berkonsultasi perihal produk, hair do, bahkan sampai sepatu. Pernah ia harus menyediakan aksesoris yang mana waktu itu Futa harus mencarinya agar sesuai dengan keinginan klien.

Model home service masih ia gunakan sampai saat ini karena lebih memudahkan klien. Selain itu ia pun belum memiliki tempat make up sendiri. "Biasanya aku hitung biaya transport dari jarak per 10 kilometer", katanya. Dia terbiasa mendatangi kliennya selama itu masih mudah dijangkau dengan kendaraan bermotor. Dengan begitu, layanan yang ia tawarkan sudah masuk dalam kategori full service. Klien menunggu di rumah, Diahelf MUA mendatanginya lengkap dengan alat, produk, dan jasa make up.

Melawaan Kantuk, Mennyambut Rezeki

            Seorang Make Up Artist adalah manusia pagi. Rerata pekerjaan MUA dilakukan pada pagi hari. Maka, MUA perlu mempersiapkan segala sesuatu pada H-1 atau beberapa jam sebelum pagi menjelang. Tidak jarang pula MUA harus berpindah-pindah lokasi karena banyaknya pesanan make up pada hari yang sama. Bisa jadi pagi hari MUA menangani acara wisuda, lalu siangnya photo shoot kemudian midodareni, dll. Futa pun pernah berpindah-pindah lokasi hingga 3 kali. 

"Capek harus pindah-pindah lokasi, tapi dibuat tidur udah seneng kok", ujarnya.

            Berangkat begitu pagi pernah membuatnya takut terhadap kriminalitas apalagi ketika klitih sempat jadi sorotan warga Jogja. Namun, sepanjang perjalanan ia tak pernah terlintas bayangan buruk apa pun. Ia selalu percaya bahwa niat yang ia bawa baik. Sebelum berangkat berkarya, ia cukup minum air putih atau kalau ingat makan setangkup roti dan minum susu hangat. "Sengantuk-ngantuknya orang pasti akan dijalani jika itu sudah kewajiban", tukasnya. Tak jarang ia pun harus berkompromi dengan hujan yang tiba-tiba datang. Tentu sudah dikomunikasikan terlebih dahulu dengan klien.

Sumber foto dari Instagram @diahelf.makeup
Sumber foto dari Instagram @diahelf.makeup

Tentang Mimpi-Mimpi

            Berhadapan dengan klien merupakan suatu kesempatan untuk banyak mengenal orang dari berbagai sudut pandang. Ada klien yang molor dari jadwal. Ada yang mengurus banyak hal selagi di-make up, ada pula yang request-nya macam-macam. Tidak cuma klien yang bikin repot dan ribet, ada juga klien yang menyenangkan. "Lumayan banyak aku diberi tip sama klien, diberi makan juga. Ada juga yang sangat puas sama kerjaku sampai repeat order kalau dia lagi ada acara. Rasanya aku dihargai banget", tuturnya bersemangat.

            Anggapan sebagian orang tentang MUA sebagai salah satu pekerjaan dengan gaji tidak tetap (tanpa tunjangan, dll) tidak menyurutkan semangat dan kata hati Futa. Ia justru menikmati itu karena bisa mengelola waktu sendiri. Ia justru lebih takut kalau ia tak bebas menentukan kariernya sendiri ketimbang bekerja dengan tekanan dari orang lain. Maka, ia punya siasat untuk mengatasi itu. Pada bulan ramai (Oktober, Desember, sehabis Lebaran) ia akan menabung lebih banyak, sedangkan pada bulan sepi (puasa dan Suro) ia akan menggunakan sebagian tabungan itu. 

Sumber foto dari Instagram @diahelf.makeup
Sumber foto dari Instagram @diahelf.makeup

"Aku pengen jadi MUA yang bisa jalan-jalan. Jadi MUA yang bisa ke mana-mana", selorohnya.

Berbicara soal prospek pekerjaan sebagai MUA, Futa melihat ada prospek yang bagus. Orang-orang sekarang semakin melek MUA karena bantuan media sosial. Namun, ia menyadari akan semakin banyak saingan MUA. Sisi positifnya, MUA memiliki jenjang karier. Semakin tinggi jam terbang, semakin tinggi pendapatannya. Oleh karena itu, ia gencar meningkatkan skill dengan ikut kelas privat. Setelah lulus kuliah, ia pun getol membuat konten make up dan tidak bosan belajar ilmu baru berupa make up film, make up model, make up Thailand, dsb.

Sebuah pesan untukmu yang berminat terjun di dunia rias merias wajah ini dari seorang Diahelf MUA: kamu harus punya alat dan bahan dahulu. Tidak harus banyak dan lengkap. Lalu, rajinlah ikut kelas privat make up. Teruslah upgrade ilmu, alat, dan produk. Dengan ikut kelas privat, kamu bakal tahu aliran mana yang cocok dengan gaya kamu seperti natural, bold, India, Thailand dll.

Satu kata yang ia pegang teguh dan mewakili dirinya sebagai MUA.

Kata itu adalah profesional!

Selamat merias wajah, selamat menghias kenangan indah!

Sumber foto dari Instagram @diahelf.makeup
Sumber foto dari Instagram @diahelf.makeup

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun