Babak dua dibuka dengan de Vos yang dalam kondisi mabuk menyewa kamar di hotel Toegoe bersama nyai yang ia dapat di selatan stasiun. Ia menyewa kamar terbaik di sana untuk meluapkan hasrat seksualnya.Â
Tak disangka, Nyonya Anie telah menyusun rencana untuk menumbangkan de Vos lengkap dengan surat perjanjian yang telah ditandangani de Vos dalam kondisi mabuk. Nyonya Anie pun membongkar penyamarannya ketika de Vos dalam kondisi sekarat. Ia berdiri sebagai wanita pribumi yang independent, elegan, dan feminis.
Pentas Nyonya Anie yang disutradarai oleh Inggit Muhammad dan John Kei ini mengangkat soal perjuangan membela bangsa dan negara dapat dilakukan dengan beragam cara, salah satunya dengan memanfaatkan ketamakan dan nafsu seks pejabat Belanda yang telah menyengsarakan rakyat jelata. Nyonya Anie digambarkan sebagai sosok yang cerdas dan elegan dalam menghadapi penjajah Belanda. Ia melawan dengan strategi cerdik yang menempatkan wanita pribumi tak bisa dipandang sebelah mata.
Adapun para aktor yang terlibat dalam pentas ini adalah Daphne Mahardika (Nyonya Anie), Sectio Surya (de Vos), Sergio Johanes (asisten residen), Teguh (ajudan de Vos), Annisa larassati (Keasberry), Srikandhi Astriana (Mirriam), Dita Azmy (Beatrix), Intan Nur (Tuti), Rr. Lati Pilihan (Sinem), Bayu Murti (Budi), Â Mugi (Tarjo), dan Rosyad Nur (Paijo).Â
Sementara itu, tim produksi diisi oleh Dandi Dandyto (pimpinan produksi), Inggit Muhammad (sutradara), John Kei (astrada), Junior F. Kambey (stage manager), Elva Dwinda (humas), Â Rizki Mulya (operator), Diahelf (MUA), Aulia Zahra (MUA), dan Dayat Aditama (MC dan kostum).Â
"Nyonya Anie adalah pertunjukan yang membangkitkan semangat anak muda untuk lebih suka pada cerita sejarah atau fiksi sejarah. Nyonya anie juga merupakan tokoh feminis yang memperjuangkan hak-hak wanita dengan caranya." ungkap Inggit Muhammad, sutradara Nyonya Anie.Â
Dalam dialog terakhir sebelum pertunjukan usai, Sinem, nyai yang diselamatkan dari kebejatan de Vos bertanya, "Apa yang bisa saya lakukan, Nyonya?" Dengan tegas Nyonya Anie menjawab, "Menjadi pejuang."Â
Inilah pesan sekaligus inti dari pentas ini. Kita semua dipanggil untuk menjadi pejuang yang berani menegakkan keadilan yang manusiawi tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan. Dengan satu kesadaran sebagai bangsa yang nasionalis, kita semua bahu-membahu membela bangsa untuk bebas dari segala bentuk penjajahan.
Kabarnya, akan ada sekuel Nyonya Anie yang sedang digodok tim Teater Jaran Abang. Nantikan pentas berikutnya dengan karya unik, menarik, dan kreatif. Viva La Teater!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H