Setelah sektor otomotif mulai bergerak mengurangi emisi karbon ke udara dengan mobil listrik, sektor pelayaran juga mulai bergerak ke arah yang sama, ekonomi hijau (green economy) dan teknologi bersih.
Perusahaan pelayaran ONE (Ocean Network Express) yang fokus di bidang transportasi kontainer, berencana membuat dan mengoperasikan kapal dengan bahan bakar methanol. Kapal-kapal kontainer baru dengan bahan bakar ramah lingkungan ini akan beroperasi mulai 2023-2025.
Pembaharuan jenis mesin kapal dengan bahan bakar methanol - yang merupakan hasil olahan dari gas alam (susunan senyawa kimianya CH3OH) - bermanfaat menurunkan pencemaran CO (karbon monoksida) ke udara. Selain itu, bisa menghemat anggaran pembelian bahan bakar minyak kapal (yang umumnya menggunakan solar, dengan tipe low speed diesel) antara 20-30 persen.
Nilai investasi kapal-kapal baru tersebut sebesar US$ 20 miliar, atau sekitar Rp. 300 triliun. Direncanakan akan ada 10 kapal dengan kapasitas 13.000 TEUs (twenty feet equivalent units. Ini merupakan ukuran kontainer 20 kaki). Kapal-kapal ini akan dibangun di Imabari Shipbuilding di Jepang dan Hyundai Heavy Industries di Korea Selatan.
Untuk info saja, tahnun 2021, ONE untung bersih US$ 15 miliar. Tahun 2020 US$ 3,4 miliar. Ruginya cuma tahun 2017 saat mulai berdiri. Dan sejak 2018 untung terus sampai tahun 2021.
Ekonomi Hijau (Green Economy) dan Keuangan
Paradigma pembangunan dengan pendekatan ekonomi klasik, yang hanya menekankan produksi tanpa mempedulikan lingkungan telah memberikan dampak buruk kepada ekosistem bumi. Suhu yang meningkat, es di kutub mencair, permukaan air laut naik 1 meter, dan udara semakin kotor adalah sebagian kecil dari banyak dampak buruknya.
Beberapa negara yang peduli akan rusaknya ekosistem bumi dan resiko bencana pembangunan tanpa kepedulian lingkungan, akhirnya mendirikan WCED.
Tahun 1982 adalah mulai berdirinya WCED (world commission on economic and development) yang merekomendasikan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dengan mempedulikan alam dan lingkungan. WECD ini dipimpin Gro Harlem Brundtland, yang merupakan Perdana Menteri Norwegia. Tahun 1987 WECD membuat laporan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) berjudul "Our Common Future", yang mendefinisikan pembangunan berkelanjutan. Selanjutnya UNEP (United Nations for Environmental Programme), yang merupakan badan dari PBB, mendetailkan konsep sustainable development menjadi green economy.
Konsep ekonomi hijau resmi diadaptasi setelah UNEP mengeluarkan "Green Economy Initiative" tahun 2008 untuk diterapkan semua negara anggota PPB.
Di Indonesia, implementasi ekonomi hijau dibidang keuangan sudah didukung bank BNI, BRI, Mandiri, BCA dan juga pihak Otoritas Jasa Keuangan. Menurut koran Kontan (17 juni 2022), Bank Mandiri sudah menyalurkan 210 triliun keuangan hijau (green finance), Bank BCA 161 triliun dan bank BNI 170 triliun, untuk pembiayaan proyek-proyek hijau dalam negeri.
Industri Pelayaran dan Kemaritiman
Sektor pelayaran dan industri kemaritiman, baik terkait energi, transportasi, pariwisata, dan perikanan seharusnya sudah mulai merintis jalan kearah ekonomi hijau. Tidak perlu lagi melakukan "babat alas", karena seluruh dunia (PBB), Pemerintah Indonesia sudah mengadopsi konsep ini , dan juga didukung perbankan nasional.
Mari bergerak menuju Industri Kemaritiman dan Pelayaran hijau, yang sudah siap dukungan Pemerintah dan Keuangan Perbankan.Â
Alam terpelihara, biaya berkurang, profit meningkat.
Salam Bravo.
Sumber Referensi:
- https://theloadstar.com/one-plans-to-invest-20bn-in-new-box-ships-and-terminals-by-2030/
- Koran Kontan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H