Masa pandemi Covid-19 kali ini membawa banyak perubahan dalam pola kita belajar atau memahami sesuatu hal. Â Dulu, kita belajar hanya bisa melalui guru, dosen, kursus, pelatihan dan buku-buku teks secara luring. Itukan masa-masa "kolonial", kata teman-temanku.
Pada masa millenial, kita sudah bisa belajar dan memahami banyak hal secara daring (online). Pakai mesin pencari informasi seperti Google dan Firefox; media sosial seperti Youtube, Twitter, Facebook; aplikasi pesan singkat seperti Whatsapp, Telegram, Line, dll.
Kelebihan media daring adalah kecepatan. Tinggi sekali kecepatannya, dalam hitungan detik info bisa diperoleh. Namun begitu, kelemahannya adalah ikatan memori emosionalnya rendah sekali.
Karenanya, Penulis memiliki kebiasaan membaca koran secara luring (Kontan dan Kompas), agar ikatan memorinya kuat dan abadi. Ini adalah cara mengikat memori dan emosi bacaan yang cepat dan kilat. Terutama untuk memahami hal-hal baru dan inovatif.
Kita langsung contoh praktek saja ya.
Mari ...
Contoh Praktek Pertama.
Sabtu hari ini, sambil baca koran pagi ditemani kopi hangat, dapat ilmu dan pemahaman secara kilat tentang aspek bisnis produk Jeans merek Levi Strauss. Â
Anda hanya perlu waktu 10 menit. Duduk dengan kalem (dibawah teduhnya pohon Jambu dan Belimbing, bagi Penulis), lalu buka koran favoritmu. Bawa pena berwarna favorit (merah, hijau , biru, dll). Terakhir, fokus pada target (mau paham soal bisnis, soal kebijaksanaan, teknis, atau apapun).
Kita belajar kilat, dua (2) aspek. Pertama aspek bisnis (basis permintaan atau "demand"). Sebenarnya melihat adanya permintaan pasar cukup sederhana. Caranya dengan mendengar lewat medsos (beli analitik data atau "data analytics" dari Google atau Facebook) atau melalui tim penjualan di jaringan toko-toko luring.
Analisis Penulis, data permintaan tim manajemen Levi Strauss dibeli melalui "data analytics" karena tidak mungkin efektif melakukan survey luring ditengah pandemi Covid-19.
Kedua, aspek operasional bisnis itu sendiri (saluran-saluran atau kanal-kanal penjualan). Terutama kolaborasi penjualan dengan merek-merek lainnya. Semua dapat dianalisis secara kilat, jika sistem atau protokol informasi dalam perusahaan sudah berjalan baik.
Nah, kalau Anda sehari-hari menjadi staf, manajer, direktur, atau komisaris, dengan waktu 10 menit sudah memahami secara kilat model operasional produk Levi Strauss.
Selesai Belajar kilat bisnis. Selamat ...
Contoh Praktek Kedua.
Ini merupakan contoh gaya hidup materialistik versus realistik, yang masuk dalam aspek Kebijaksanaan atau Filosofi.
Ini merupakan protret realita kehidupan dalam bentuk karikatur atau komik.Â
Sering kita lihat di dunia sosial baik secara luring maupun daring, orang pamer gadget, pamer liburan-liburan dan pamer asesoris-asesoris, dan lain-lain sebenarnya merupakan pencitraan menutupi kemiskinan tabungan.
Ada teman Penulis seperti itu. Lima belas (15) tahun lalu, ada rekan yang suka pamer - setiap ngobrol-ngobrol bareng teman - liburan ke Bali setiap ada libur panjang. Dalam hati, "hebat banget nih orang, pasti duitnya bejibun". Tiga tahun kemudian, mulai ketahuan 6 kartu kreditnya macet parah. Telepon kantor selalu berdering dari penagih utang. Hebohlah sekantor.Â
Setelah beberapa saat kemudian pensiun, rumahnya dijual dan dia mengontrak.Â
Sebaliknya, orang-orang berpunya lebih banyak diam-diam dan santai-santai dalam asesoris hidupnya. Tapi tabungannya keras dan padat.
Dari sini, kita belajar kilat aspek kebijaksanaan : Hidup itu buat dinikmati, bukan buat pamer.
Selesai belajar kilat kebijaksanaan. Selamat ...
Penutup.
Belajar kilat bisa dari mana saja. Mau menggunakan media daring bagus, media luring juga bagus. Masing-masing memiliki kelebihan.
Silakan disesuaikan dengan karakter dan kemampuan individu masing-masing.
Salam hangat dan sehat selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H