Sistem ekonomi kapitalis/monetaris itu sudah ada sejak peradaban kerajaan-kerajaan kuno di Mesir, sebelum masa raja-raja Firaun (4.400-an tahun lalu). Model ekonomi monetaris ini memang memudahkan transaksi barang dan jasa. Terbukti sangat efektif dan kokoh melewati jaman.Â
Mengubah pola pikir bahwa hidup manusia  itu kaya/miskin semata-mata karena punya duit, adalah yang paling susah.
Penulis pernah ke pulau Miangas, Sulawesi Utara, sebuah pulau paling utara Indonesia. Pulau kecil yang berbatasan dengan negara Filipina, dekat kota General Santos.Â
Tinggal di situ selama 1 minggu, karena ada kerjaan dengan orang Jepang. Disana, rasanya hidup sangat kaya. Pagi sarapan nasi dan ikan, lalu kerja sebentar dan tidak buru-buru, sambil jalan-jalan keliling pulau. Siangnya makan ikan dan singkong goreng. Sore hari main voli sama masyarakat. Malamnya makan sop kacang, lalu main gitar dan nyanyi-nyanyi sampai capek, lalu tidur. Besoknya mancing, lusa berkebun sama masyarakat, dan lanjut terus "hepi-hepi"nya.
Saya yakin pendapatan masyarakat kurang dari 4 dolar Amerika, tapi kami merasa kaya. Kami bahagia dengan hidup kami. Yang bilang kami miskin kan sistem monetaris.
Memang duit tetap penting, tapi jangan merasa rendah diri, karena duit ditangan sedikit. Selama masih ada makan dan baju di badan, kita adalah orang kaya. Karena kekayaan bagi penulis adalah kaya hati, kaya teman, dan kaya amal.
Perihal provinsi miskin itu mah, cuma faktor tipe kategorisasi dalam sistem. Bukan perihal rasa manusiawi.
Selamat berlibur akhir pekan.
Tanah Banten, lantai 3.
HC van AB van JBM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H