Hampir semua orang jika mendengar istilah "kapal induk", langsung mengasosiasikannya dengan kapal militer. Sesuatu yang wajar, karena kegagahan dan fantastisnya kapal induk militer tersebut.Â
Besi terapung yang membawa pesawat, amunisi dan juga persenjataan yang semuanya berbahan baku besi. Ukurannya juga dahsyat, panjangnya sekitar 300 sampai 400 meter. Seukuran 3 buah lapangan bola. Lari keliling satu lapangan bola saja sudah ngos-ngosan, apalagi 3 lapangan. Benar-benar wow ... .
Bingung ya? Bagaimana caranya agar "besi terbang" yang ikut kapal besi namun bisa terapung? Silakan baca tulisan terdahulu : Trik Sulap Baja Bisa Terapung. Kalaupun malas dan lagi tidak "mood" silakan saja lanjut, hehehe ... .
Baru-baru ini, teman saya di media sosial Twitter : @shipsphotos (orang Spanyol yang gemar fotografi kapal dan kepelautan), membagikan sebuah foto yang menarik. Kapal pengangkut kapal, bernama BIGLIFT BARENTZ dengan bendera Belanda. Nomor registrasi kapal tersebut dari organisasi kemaritiman internasional (IMO) adalah 9710464. Nomor MMSI (Maritime Mobile Service Identity) 244830430, yang dipergunakan untuk mengaktifkan AIS (Automatic Identification System).
Mumet ya? Mainan apalagi itu AIS? Silakan baca tulisan tentang Wakatobi-AIS, semoga semakin menambah wawasannya. Kalaupun malas juga, silakan lanjut juga, hahaha ... .
Kapal ini merupakan "kapal induk sipil". Yang diangkut bukan "besi terbang", tetapi kapal-kapal kecil, peralatan-peralatan pengeboran lepas pantai dan anjungan lepas pantai (offshore platform). Tetap saja besi ngangkut besi juga, bahkan beberapa item beton bertulang.
Panjang kapal ini adalah 173 m, lebar 42 m dan sarat (draft) 6,1 m. Jelas lebih besar dari ukuran panjang lapangan sepak bola, yaitu antara 100 - 120 m (maksimal). Pembaca dijamin ngos-ngosan berkeliling diatas kapal ini.
Bagaimana ekonomi global bekerja? Ini adalah contohnya : kapal milik Belanda, fabrikasi  anjungan di Spanyol, dan dipakai oleh perusahaan pengeboran minyak lepas pantai Norwegia. Jangan-jangan anak buah kapal (crews) orang-orang Indonesia, sebab banyak teman saya bekerja di pelayaran Eropa.
Selain bergaji dalam mata uang Euro, jumlahnya memang fantastis, walaupun kerjanya juga 24/7/365 (24 jam, 7 hari seminggu, 365 hari setahun). Gaji yang diterima sekitar 2.500-3.000 Euro (40 jutaan kalau dikonversi, untuk level terendah) per bulan.Â
Penulis mempunyai Om (almarhum) yang berpangkat kapten kapal tanker gas alam milik Vietnam. Lima tahun lalu, gajinya sekitar 110 juta rupiah per bulan. Fantastis memang. Tetapi jangan salah, itu dicapai setelah berlayar dan meniti karir selama 25 tahun. Bukan kaleng-kaleng lah, kalau memakai istilah anak-anak milenial.
Penulis sendiri memiliki jaringan kerja Internasional di bidang Kelautan mulai dari Amerika ( di organisasi bernama NOAA, National Oceanic & Atmospheric Agency), Belanda (ITC - University of Twente), Taiwan, Jepang dan Perancis. Dalam kerangka kerja ekonomi global, keniscayaan jaringan ini diperlukan untuk mendapatkan bantuan penguatan kelembagaan dan penguatan aliran dana. Pada intinya, enaklah kalau punya jaringan pertemanan global.
Penutup
Kerja keras, kecerdikan dan jaringan kerja global akan membuat karir meningkat dan upah yang diperoleh tinggi, khususnya dalam dunia kemaritiman. Ada lelucon para pelaut : perdagangan lewat laut (seaborne trade) Â sudah ada sejak 4.000-an tahun lalu, dan akan akan tetap hidup sampai dunia kiamat.Â
Lain guyonan pelaut, lain pula guyonan pemilik kapal.
Guyonan para pemilik kapal : Sebenarnya Tuhan itu seorang pelaut, karena harta kekayaan disebar ke penjuru-penjuru dunia, dan harus memakai kapal untuk mengangkutnya.
Yuk, mari bekerja dalam dunia kemaritiman. Sampai kapanpun usia, tetap bisa bekerja, alias tidak akan pensiun.Â
Karena bidang kemaritiman adalah "perkawinan" teknologi-teknologi navigasi, fabrikasi, material, elektronika, satelit, dan aplikasi-aplikasi ilmu ekonomi, bisnis dan politik.
Karimun Jawa, Indonesia.
Hotel XXX
Handy Chandra van AB van JBM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H