Mohon tunggu...
Handy Chandra van AB (JBM)
Handy Chandra van AB (JBM) Mohon Tunggu... Konsultan - Maritime || Marketing || Leadership

Badai ide dan opini personal.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

"ATM" buat Kesuksesan Hidup

3 September 2020   00:23 Diperbarui: 8 September 2020   09:28 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang kartal Indonesia. Sumber: Dok. Pribadi.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)  pada tahun 1970-an, Prof. Daoed Joesoef pernah menulis di Kompas, "bahwa pembangunan (fisik manusia, mental, infrastruktur, dll) bukan dimulai dari alat atau sarana (Means), melainkan tujuan atau benefit (Aim). Istilah ungkapannya, "Aim (first), Then Means" (tujuan pertama, kemudian alat-alat/sarana-sarana), yang disingkat ATM.

ATM dalam tulisan ini, berbeda dengan istilah keseharian, anjungan tunai mandiri. Yang dalam bahasa aslinya (Inggris), automatic teller machine. Dalam tulisan ini, ATM adalah Aim first, Then Means. Tentukan tujuan pertama-tama, kemudian barulah menentukan peralatan-peralatannya. Jelas ya. 

Yuk, mari kita lanjutkan dengan contoh-contoh sederhana.

Contoh pertama. Kita mau pergi ke kota Pontianak (aim), maka means yang tersedia ada dua saja: (1) naik Pesawat  atau (2) naik kapal. Bukanya pergi ke Gambir, beli tiket, lalu naik kereta. Pastilah, orang yang tahu kita mau ke Pontianak akan bilang, "anjay,  benar-benar cerdas".

Contoh kedua. Kita bermaksud mengepel lantai rumah yang kotor (aim). Untuk itu, alat/sarananya (means) adalah sapu, ember,  air, sabun dan pel. Bukan menggunakan gergaji, palu atau cangkul. Walaupun barang-barang itu sudah tersedia di gudang, tentu tidak akan kita pakai, karena malahan akan merusak lantai.

Dari dua contoh di atas, sangat mudah untuk dipahami bagaimana logika bekerja untuk sukses. Lucunya, dalam keseharian sering kita menemukan banyak hal bertentangan dengan konsep ATM. Akibatnya, aspek-aspek karir, keluarga, dan pendidikan banyak yang jadi berantakan.

ATM Aspek Pendidikan.
Jikalau tujuanmu mau menjadi Pilot, maka jangan sekolah di fakultas Kedokteran. ATM-nya sangat tidak cocok. Ini adalah contoh yang ekstrim. 

Ada sekolah penerbang (pendidikan Pilot) di Curug, Banten; di Bandung, Jawa Barat;  di Banyuwangi, Jawa Timur; dan juga di Bali. Itulah sarana-sarana dan peralatan-peralatan (means) untuk mencapai tujuan (aim).

Balik lagi ke pendidikan penerbang. Semua tahu bahwa pendidikan pilot biayanya mahal. Teman Penulis mengisahkan sekitar Rp. 600 - 800 juta habis buat pendidikan anaknya, selama 3 tahun. Namun demikian, banyak yang masih berpendapat setelah kerja nantinya, duitnya bisa balik dalam 4-5 tahun. Tetapi, konsep itu berlaku hanya sekitar tahun 1980-2000an.

Masa kini, banyak lulusan sekolah penerbangan menganggur. Apalagi tahun 2020, banyak perusahaan penerbangan bangkrut dan mengurangi jumlah karyawannya. Singapore airlines, Air France, Virgin airlines adalah contoh-contohnya. 

Cerita teman Penulis, Garuda Indonesia Airways (GIA) bahkan sudah mengurangi gaji sebesar lima puluh persen untuk pilot dan level manajer keatas. Level di bawahnya bervariasi pemotongan gajinya. Paling kecil sepuluh persen. Pagebluk Covid-19 mengakibatkan banyak sekali disrupsi bisnis.

Bingung ya? Apa hubungannya disrupsi bisnis, sekolah penerbang dan ATM? Begini. ATM itu ada level-level yang berbeda. Ada ATM cuma 1 level, ada yang 2 level, ada pula yang bergeser ATM-nya. 

ATM 1 level saja, contohnya itu seperti cari sekolah penerbang diatas. Simpel dan sederhana. ATM 2 level, contohnya itu menentukan jadi pilot private jet, pilot tempur, atau pilot pesawat komersial. Tentunya lokasi sekolah, biaya dan parameter lainnya berbeda-beda.

Hubungannya dengan disrupsi bisnis karena Covid-19, maka ATM jadi berubah/bergeser. Dahulu, pilot-pilot banyak bersekolah untuk bekerja di penerbangan komersial umum, maka sekarang bergeser ke penerbangan pribadi (private). Inilah yang dimaksudkan dengan pergeseran ATM. Hal wajar dalam kehidupan.

ATM Aspek Karir.
Dalam aspek karir, maka ATM level sebelumnya, dalam hal ini pendidikan, telah dilewati. 

Setelah lulus sekolah/kuliah, kita semua memasuki dunia kerja. Banyak sekali bidang pekerjaan dan karir yang tersedia. Ada yang di pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, swasta nasional, swasta internasional, yayasan, lembaga swadaya masyarakat, profesional konsultan, militer, dan banyak lainnya.

ATM Aspek karir ini sebenarnya sudah level ketiga. ATM level pertama adalah mencari jati diri (self-awarenes atau self-satisfaction). Pada level ini, "aim" kita adalah mencari kekuatan diri (talenta) dan mengetahui kelemahan diri (handicap).

Penulis tingginya cuma 173 cm dan panjang tulang kaki tidak sampai 100 cm. Maka, apapun alat-alat dan sarana-sarana (means) yang dimiliki, tidak akan bisa menjadi Pilot (tahun 1991, saat lulus SMA). Saat itu, belum banyak sekolah penerbang. Juga, seleksi fisik sangat ketat. Jadi ATM-nya digeser.

Aim diubah menjadi ahli kelautan dan kemaritiman. Singkat cerita, lulus kuliah dan masuk dunia kerja dan berkarir.

Waktu bekerja di galangan kapal, maka means yang dipakai adalah ilmu rekayasa, ilmu pengelasan, ilmu perkapalan dan beberapa sertifikat keterampilan teknis perkapalan. 

Baju sehari-hari adalah wer-pack (baju monyet untuk kerja di galangan) biru dan abu-abu. Sepatu keselamatan, yang di ujung jarinya ada besi pelindung, selalu dipakai. Juga helm putih selalu dipakai saat berada di lapang. 

Saat itu, bangga sekali menjadi insinyur beneran. Masih muda, sudah kerja sesuai pendidikan, bidang yang macho juga. Duit dapat, pengalaman dapat, dan juga dapat item pada CV (curriculum vitae). 

Waktu bergerak terus. Kemudian waktu bekerja di perusahaan pelayaran, maka means yang dipergunakan adalah keterampilan berbahasa Inggris, pemahaman akuntansi, sedikit bahasa Jepang, sedikit bahasa mandarin, sertifikasi keterampilan dari badan kemaritiman dunia (IMO, international maritime organization).

Karir bergerak lagi ke bidang kelautan. Maka means yang diperlukan adalah sertifikasi penyelam (diving), sertifikasi peneliti, sertifikasi ahli ukur kapal, kapabilitas kepemimpinan (leadership), jaringan internasional dan nasional (networking), serta kapabilitas menulis dan pembicara publik. Itulah ATM level kedua.

Pada level ketiga, Aim dalam karir adalah aktualisasi diri. 

Inilah level tertinggi menurut Abraham Maslow, pakar psikologi tentang human psychological needs. Aktualisasi diri ini berbeda-beda setiap personal. Hal ini tidak dibatasi usia, jenis kelamin, dan latar belakang pendidikan. Ada yang sudah berusia 60 tahun tapi masih dalam level pemenuhan kebutuhan psikologi dasar (basic needs). Ada yang masih berusia 35 tahun tapi sudah dalam level tertinggi self-actualisation.

Maka means-nya adalah kapabilitas ilmu, kapabilitas pengalaman, kapabilitas keuangan, kapabilitas jaringan kolega, dan kepemimpinan. Pada level ini, yang diutamakan bukanlah sekadar mencari duit, melainkan menjadi bermanfaat buat masyarakat, buat keluarga, dan buat kepuasan psikologinya.

Tentunya, jika seseorang sudah dalam level aktualisasi diri, maka dia sudah selesai dengan masalah masa lalu, selesai dengan masalah kekuatiran hidup, sudah selesai dengan masalah komunikasi keluarga, dan puncaknya sudah berdamai dengan Tuhannya.

Menjadi orijinal terhadap diri dan berdampak positif buat orang lain, itulah Aims hidup sukses. Means-nya bisa apa saja.

Tanah Jawara, Ujung Barat Jawa. September 2020.
Handy Chandra van JB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun