Mohon tunggu...
Handy Chandra van AB (JBM)
Handy Chandra van AB (JBM) Mohon Tunggu... Konsultan - Maritime || Marketing || Leadership

Badai ide dan opini personal.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mitigasi Kepunahan Fauna Laut | Mini-Notes Webinar

14 Juli 2020   13:10 Diperbarui: 15 Juli 2020   16:22 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Direktorat KKHL, DJ-PRL, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Makhluk genit itu bikin jantung meledak. Lagi enak-enakan mancing, tiba-tiba lompat dari samping perahu. Ngajak teman-temannya pula. Mereka berenam, tapi satu yang paling besar, yang bikin saya takjub.

Lompat ke udara sampai sekitar tiga (3) meter dari permukaan laut. Berentetan sekelompok menyusul mendobrak udara. Tahu-tahu di mulut mereka sudah ada ikan kecil. Byur .... masuk laut lagi. Diulang lagi, dan lagi. Tidak bosan kami melihatnya.

Itulah pengalaman di Kawasan Konservasi, Taman Nasional Laut Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Lokasi pengamatan ikan Lumba-lumba itu persis di depan pelabuhan laut pulau Wangi-wangi. Jam 05-07 pagi merupakan waktu ruaya mereka, kearah timur. Mengikuti pola arus Lintas Indonesia (Arlindo). Wakatobi ialah satu titik pengamatan, satwa laut yang dilindungi undang-undang.

Ada banyak spot seperti itu di seluruh Indonesia. Kiluan (pesisir barat daya) di Lampung, Lovina di pesisir utara pulau Bali, Raja Ampat di Papua Barat, Lamalera di Nusa Tenggara Timur (terkenalnya Ikan Paus), dan masih banyak lainnya. Silakan di jelajahi secara alami. Dijamin bergetar emosi dan syaraf-syarafnya.

Pagi ini, seorang teman baik, Cak Wardi panggilannya, pejabat Kepala Sie Perlindungan Jenis Ikan, kirim selebaran (flyer) acara Seminar Daring (Webinar). Acaranya dilakukan oleh Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL), Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (DJ-PRL). Tema acaranya: Konservasi Ikan Terancam Punah di Indonesia. Bisa diikuti di media sosial youtube, berikut tautannya "[seminar daring] Konservasi Ikan terancam Punah".

Seminar yang menarik. Karena kita semua sadari, bahwa punahnya fauna perairan adalah bahaya bagi ekonomi dan peradaban bangsa kita. Sehingga, perlu untuk melakukan mitigasinya, secara Collaborative Leadership.

Perspektif collaborative leadership adalah ciri khas Bapak Dirjen PRL, Dr. Aryo Hanggono. Beliau adalah mentor dan pimpinan sejak masih berkantor di jalan MT Haryono dan di Pasir Putih, Ancol. Jaringan kolaborasinya sangat luas.

Berdasarkan pengalaman itu, bukan hal yang mengagetkan, bila Beliau menggandeng: Pusat Penelitian Biologi LIPI, WCS Indonesia Program (Wildlife Conservation Society, sebuah LSM luar negeri), dan Yayasan Alam Indonesia Lestari (LINI), untuk memberikan masukan dan membangun jejaring Konservasi Ekosistem Perairan Laut, untuk secara bersama memitigasi ancaman kepunahan fauna akuatik.

Dirjen PRL dan Direktur KKHL, Bapak Ir. Andi Rusandi MSi., membuka acara dan dilanjutkan presentasi-presentasi dari para pemakalah. Para penonton membludak, sampai 2.400-an pemirsa, dan yang suka sebanyak 462 akun. Penulis sambil menonton, juga sambil menulis di Kompasiana. Seperti kata pepatah, "Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlewati".

Ada catatan menarik dari Dr. Aryo Hanggono. Beliau berkata, "Kita harus memahami konsep rantai makanan (piramida makanan) yg kita pelajari sewaktu di bangku SMP dulu. Kalau rantainya putus, maka punahlah satu sistem yg saling tersambung itu. Satu sistem punah, maka akan sangat mungkin menyebabkan kepunahan ekosistem lainnya. Oleh karena itu, mitigasi ini sangat penting. Jangan sampai ada satu sistem pun yang rusak."

Penulis ringkas dalam satu kalimat, bahwa mitigasi kerusakan satu sub-sistem dalam ekosistem laut adalah vital.

Informasi Penting Lainnya

Memiliki lebih dari 4.000 spesies fauna laut, yang setara dengan 25% fauna laut seluruh dunia, menempatkan Indonesia sebagai negara penting dalan hal konservasi spesies fauna perairan. Sayangnya, baru 400 spesies yang sudah diketahui memiliki nilai ekonomis, baik sebagai obat, komoditas perdagangan, obyek wisata, dan lainnya.

Pada sisi eksploitasi, tekanan pemanfaatannya sangat tinggi. Untuk itu, sangat perlu menjaga keberlanjutan pemanfaatannya. Jika mitigasi kepunahannya tidak diupayakan, maka ancaman kepunahan ada di depan mata. Salah satu upayanya adalah melalui upaya konservasi.

Konservasi sumberdaya ikan sesuai PP 60/2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (SDI), adalah upaya melindungi, melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis dan genetik. Juga merupakan upaya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungannya. Sederhananya, adalah keberadaan upaya terstruktur dan rasional dalam hal konservasi SDI.

Upaya konservasi ini juga menjadi bagian dalam salah satu agenda pembangunan RPJMN IV tahun 2020-2024, yaitu agenda Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim.

Ada dua langkah taktis dalam mengupayakannya, yaitu: (1) Menghindarkan kepunahan spesies terancam punah, melalui upaya perlindungan dan pelestarian. (2) Memberikan manfaat ekonomi dari jenis ikan prioritas yang dikelola kepada masyarakat, melalui upaya pemanfaatan berkelanjutan.

Singkatnya, kita melakukan bersama-sama (secara kolaboratif), upaya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan.

Menurut Dr. Atit, ada 308 spesies yang terancam punah di Indonesia. Mereka termasuk dalam ordo Arthropoda, Chordata, Cnidaria, Echinodermata, dan Mollusca. Mereka dilindungi dengan dua (2) status, dilindungi secara penuh (mulai dari siklus benih sampai dewasa) atau dilindungi terbatas (pada siklus tertentu dalam tahapan hidupnya).

Yayasan LINI, tidak basa basi dalam upaya konservasi. Langsung di buatkan kolam-kolam budidaya untuk konservasi ikan Kardinal Banggai (Banggai Cardinal Fish) atau nama spesiesnya Pterapogon Kauderni. Lokasinya di Pulau Bone Baru, Banggai, Sulawesi Tengah. Tiga kolam ukuran diameter 3 m telah beroperasi. Perekonomian masyarakat membaik dan ekosistem terpelihara. Jempol dua buat semua upayanya.

Rekomendasi dan Saran

Pada akhir kisah seminar daring ini, penulis berharap upaya kolaboratif yang diupayakan Bapak Dirjen PRL (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan Bapak Direktur KKHL, yang mewakili Pemerintah Indonesia, bisa diimplementasikan secara efektif dan maksimal. Karena upaya ini adalah proses terus menerus dan perlu pemahaman yang sama dari semua pihak.

Semoga negara yang punya 17.504 pulau, pengelolaan ekosistem laut dan pesisirnya semakin baik, dan menjadikannya modal untuk memakmurkan segenap anak negeri.

Minimal, cucu cicit kita tetap bisa menikmati lompatan Lumba-lumba menembus udara. Semoga.

Lantai 2, Tanah Jawara, Banten.

Referensi:

Sambutan Dirjen PRL, KKP, pada acara Webinar Konservasi Ikan Terancam Punah di Indonesia.
Presentasi, Konservasi Ikan Terancam Punah/Dilindungi. 2020. Andi Rusandi. Direktur KKHL, DJPRL, KKP.
Northouse, PG. 2016. Leadership.
Presentasi Yayasan Alam Indonesia Lestari. 2020. Yayasan LINI.
Presentasi Kondisi Terkini Keterancaman Spesies Akuatik. 2020. Dr. Atit Kanti. LIPI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun