Bagaimana cara lolos dari pengawasan dan otoritas perairan di Indonesia? Sangat mudah, karena hal teknis kemaritiman.
Tapi saya tidak akan cerita, karena jenis infonya "classified". Otoritas berwenang yang bisa memberikan pernyataan. Poin intinya adalah memanfaatkan alur ALKI.
Sejak reklamasi pertama kali tahun 1822, wilayah Singapura sudah berkembang 25% sampai sekarang. Dari sekitar 58 ribu hektar menjadi 72 ribu hektar adalah angka pertumbuhan yang sangat besar.
Mayoritas lahannya dipergunakan untuk memperkuat bisnis pelabuhan, sebagai hub-port (pelabuhan simpul) kawasan Asia Tenggara menuju Amerika dan Eropa. Juga bandar udara, yang secara de-facto menjadi hub-airport ke Eropa.
Catatan Positif Dampak Reklamasi
Bicara soal ekonomi, pada koran Kompas edisi Jumat, 03 Juli 2020 menyebutkan, pendapatan kotor per kapita Singapura sudah di level 59.590 dolar Amerika.
Indonesia masih pada 4.050 dolar Amerika. Sekali lagi, adalah fakta bahwa, Singapura menambah 25% lahan daratan menjadi komersial aktif dan menjadikannya sumberdaya untuk menjadi macan finansial Asia.
Banyak memori bagus saat ke negara pulau ini. Obyek wisatanya, disiplin sosial tentang sampah, keramaian, tata cara demonstrasi, bandar udaranya yang paling maju di kawasan Asia Tenggara, transportasi MRT (mass rapid transport), dan banyak lagi.
Cukup dengan bermodal passport dan duit 1,7 juta tahun 2012, saya pertama kali ke Singapore bersama kawan-kawan dari Jakarta, pergi-pulang, by plane. Lalu 2015 lewat Batam, ikut kapal cepat. Murah kok jalan-jalan kesana.
Tapi yang paling unik, menurut saya, adalah suasana saat masuk dengan kapal penyeberangan dari Batam ke Singapura.
Di sana, mohon maaf, seakan-akan dari kawasan kurang beradab ke kawasan sangat beradab. Dari kawasan kurang sekali disiplinnya, ke kawasan sangat disiplin. Biasanya meludah sembarangan, sekarang harus diatur kapan meludahnya. Biasanya nyampah sembrono, jadi tertib buang sampah pada tempatnya. Lucu memang.