Tulisan adalah buah pikiran, yang diperoleh dari proses atau pengalaman hidup seseorang. Prosesnya penuh perjuangan, berwarna atau monoton, berubah menjadi manusia yang lebih baik, atau malah semakin buruk, bisa terbaca dari tulisannya. Pengalaman paling menarik adalah melihat proses perubahan dari pengalaman kelam menjadi cerah. Â
Jadi, kalau melihat tulisan seseorang, bisa terlihat pengalaman dan proses hidupnya. Apalagi untuk media umum digital seperti Kompasiana ini. Semua bisa terbaca. Tulisannya membawa berkah (berkat) atau musibah bagi pembaca, ya dari pengalaman penulisnya.
Contoh klasik tulisan musibah adalah tulisan Manifesto Mein Kampf. Ini karya Adolf Hitler dari Jerman yang membawa dunia saling berperang tahun 1939-1945. Kalau tulisan berkah, banyak sekali, yang intinya membangun jiwa dan pikiran manusia. Bukan menghancurkannya.
Saya kembali ke Kompasiana setelah mondar mandir di Wordpress, Blogspot, dan sosial media lain. Tahun 2011 iseng-iseng menulis dengan dua tulisan. Lalu stop selama 9 tahun, karena banyak prioritas lain. Sebuah kebetulan, gegara pandemi Covid-19 mulai lagi menulis pada bulan Mei 2020. Tapi selama waktu vakum itu, saya menulis ilmiah dan buku cukup banyak. Tapi hanya untuk kalangan penelitian dan pengembangan teknologi, khususnya bidang kelautan dan kemaritiman.
Kenapa kembali? Sederhana sekali. Ada dua alasan. Pertama, lalu lintas di Kompasiana sudah tinggi. Jadi, kalau menulis yang baik dan menjadi berkah, cepat responnya. Kalau di media blog dan media sosial lainnya perlu usaha lebih. Saya tidak ada waktu untuk itu. Menulis bagi saya adalah untuk menjadi berkah, bagi pembaca. Yang membaca bertambah ilmunya, bertambah pinter dan aplikatif.
Menulis bagi saya bukan untuk mencari duit. Menulis adalah aktualisasi diri. Seperti teori Abraham Maslow, ketika usia sudah tua, sudah waktunya beraktualisasi diri. Paling mudah dan murah adalah melalui menulis. Menjadi manusia yang memberi berkah, melalui tulisan.
Kedua, tipikal pembaca dan penulis di Kompasiana sangat bervariasi. Tidak eksklusif dan monoton. Ini sangat menarik, karena dengan pembaca yang bervariasi pengalaman, berbeda pendidikan, dan berlainan bidang kerja, tulisan bisa dinilai secara obyektif. Tidak perlu debat data, debat metodologi, debat latar belakang tulisan, seperti menulis di jurnal-jurnal ilmiah.
Senang saja sih, jika tulisan dinilai bermanfaat dan membuka wawasan buat pembaca umum. Tidak ada motivasi komersial. Hanya motivasi untuk kemanfaatan buat pembaca.
Opini Personal Tulisan berkategori Berkah.
Bapak Metode Ilmiah, Sir Francis Bacon punya nasihat abadi yang jitu. Orang yang hidup tahun 1561-1626 menyatakan, bahwa kebenaran (ilmiah) bukan dijawab dengan debat kata-kata konsep belaka, tapi dengan pengujian (eksperimental).Â
Dari pendapat itu, kalau kita mau melihat sebuah tulisan itu berkah, sangat mudah dilihat di Kompasiana. Tidak perlu banyak debat kata-kata. Salah satunya, dibaca lebih dari 100 kali. Salah duanya, dinilai cukup banyak, minimal 2 pembaca. Salah tiganya, diskusi dan komentarnya cukup ramai. Sederhana.