Analisis neraca pangan yang dilakukan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) menunjukkan pentingnya konsumsi protein hewani demi menjamin pemenuhan gizi protein yang optimal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Saat ini, peningkatan populasi yang pesat merupakan tantangan besar dalam menyediakan pangan yang cukup di seluruh dunia. Pada tahun 2050 jumlah penduduk dunia diperkirakan lebih dari 9 miliar jiwa sehingga mengakibatkan tambahan kebutuhan pangan sebesar setengah dari kebutuhan saat ini. Indonesia sendiri masih menghadapi kesenjangan konsumsi protein hewani yang hanya mencapai 8% dari total konsumsi pangan. Rendahnya konsumsi protein hewani tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti stunting, anemia, dan juga wasting. Oleh karena itu, kuantitas pangan yang cukup harus diimbangi dengan kualitas gizinya.
Daging merupakan sumber protein yang baik dan memiliki daya cerna tinggi. Namun, produksi daging memiliki dampak buruk terhadap emisi gas rumah kaca. Untuk itu, diperlukan makanan alternatif tinggi protein guna mencukupi kebutuhan gizi dan memiliki dampak negatif yang minimal, salah satunya adalah serangga.
Keberadaan serangga oleh manusia masih dianggap sebagai hewan yang merugikan. Serangga berpotensi menjadi hama bila mengalami ledakan populasi sehingga dapat mengakibat kerugian secara ekonomis. Misalnya serangan belalang terhadap tanaman jagung yang mengakibatkan gagal panen jagung.
Lain sisi serangga juga menguntungkan manusia sebagai agen penyerbuk, dan menjadi sumber pangan bagi masyarakat terutama daerah yang telah memiliki kearifan lokal dalam memanfaatkan serangga sebagai sumber pangan.
1. Mengapa Harus Serangga
- Kandungan protein yang tinggi,
- Terdapat asam amino esensial, lemak tak jenuh Tunggal.
- Kaya vitamin A, B1, B2, B6, D, E, K, C, dan karoten.
- Terdapat mineral seperti zat besi, seng, tembaga, kalsium, natrium, kalium, magnesium, mangan, fosfor.
- Kaya asam lemak omega 3 dan omega 6.
- Peternakan serangga memiliki dampak lingkungan yang minimal.
- Proses pemeliharaannya membutuhkan sumber daya yang lebih sedikit dibandingkan peternakan tradisional.
- Indonesia memiliki kawasan hutan terluas ketiga di dunia, sehingga menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati serangga dan banyak di antaranya yang dapat dikonsumsi.
2. Serangga Sebagai Sumber Pangan
Yde Jongema tahun 2017 dalam Journal of Nutrition College Volume 13 Nomor 4 Tahun 2024 halaman 247-358, membuat daftar serangga yang dapat dikonsumsi.
Terdapat lebih dari 2.000 spesies serangga yang dapat dikonsumsi yakni ulat sagu, kumbang, lebah, belalang, jangkrik, dan capung, Beberapa spesies serangga memiliki nilai protein, lemak, dan kalori dalam jumlah besar. Beberapa spesies juga diketahui memiliki nilai gizi yang sebanding dengan daging dan unggas.
Jurnal Galam. Vol. 1(1) :49-60, Agustus 2020, jenis-jenis serangga potensial sebagai sumber pangan adalah rayap, entung jati, ulat sagu, belalang, jangkrik.
3. Kandungan Gizi
Rayap
Pemanfaatan rayap sebagai sumber pangan dalam bentuk laron. Laron memiliki kandungan protein sebesar 14,2% pada berat basah tubuh atau sebesar 55,7% pada berat kering tubuh.
Entung Jati
Kandungan gizi pada entung jati yakni protein (13,9%); lemak (2,3%); dan air (75%).
Serangga ini dapat diolah menjadi makanan kecil seperti yang telah dikembangkan di Gunung Kidul.
Ulat Sagu
Ulat sagu merupakan larva kumbang merah kelapa. Pemanfaatan ulat sagu banyak dilakukan di wilayah Indonesia Timur, seperti maluku dan papua.
Kandungan gizi ulat sagu terdiri dari protein (9,34%), asam amino esensial seperti asam aspartate (1,84%); asam glutamate 92,27%); tirosin (1,87%); lisin (1,97%); Â dan methionin (1,07%).
Belalang
Kandungan gizi pada belalang terdiri dari 654,2g/kg protein; 83,0g/kg lemak; dan 87,3g/kg kitin; sedangkan asam amino yang terkandung yaitu lisin, metionin, dan sistein.
Jangkrik
Jangkrik berkerabat dengan belalang. Pemanfaatan jangkrik tidak sebatas pada makanan hewan piaraan dan beberapa jenis burung, namun penggunaannya sebagai bahan tambahan pada industri farmasi. Hal ini karena jangkrik mengandung senyawa protein, lemak, dan karbohidrat. Selain itu jangkrik juga mengandung mineral, asam glutamate, glisin, sistein, asam amino, asam lemak omega 3, omega 6, dan kadar kolagen.
Kandungan gizi jangkrik terdiri dari protein sebesar 13,7%; Lemak sebesar 5,3%; Karbohidrat sebesar 2,9%; dan Serat sebesar 2,9%.
Kesimpulan
Serangga mempunyai potensi sebagai bahan pangan alternatif, dan layak dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan pangan manusia. Kandungan gizi serangga didominasi oleh protein, dan lemak (asam lemak tak jenuh).
Serangga sebagai pangan alternatif perlu disosialisasi kepada masyarakat karena masyarakat masih mengganggap serangga sebagai makanan yang tidak layak dikonsumsi.
Daftar Baca :
Journal of Nutrition College Volume 13 Nomor 4 Tahun 2024 halaman 247-358
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352364616300013
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI