Mohon tunggu...
John Berek
John Berek Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis adalah pekerjaan untuk keabadian (Pramoedya Ananta Toer); Menulis memang bukan bakat tapi suatu ketrampilan yang membutuhkan banyak belajar dan latihan

Apa yang terucap bisa lenyap, tetapi apa yang ditulis akan abadi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inspirasi Natal

25 Desember 2024   21:38 Diperbarui: 25 Desember 2024   21:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir semua orang terutama umat Kristiani mengetahui tentang Natal. Hari dimana seluruh umat Kristiani merayakan hari kelahiran Yesus Kristus.

Banyak cerita seputar natal yang selalu menginspirasi. Ada sebuah cerita natal yang selalu kuceritakan berulang kali kepada anak-anak yang datang bersilaturahmi :

Pada saat bayi Yesus dilahirkan di kandang Betlehem, maka Malaikat kepala membuat suatu sayembara tentang siapa yang akan menjaga bayi Yesus di palungan. Maka datanglah seekor burung merak menawarkan diri dengan alasan bahwa dialah burung yang paling cantik dengan sayap dan bulunya yang indah, dia dapat menjaga bayi Yesus, namun Malaikat kepala menolak dengan alasan bahwa bayi Yesus tidak suka dengan binatang yang suka memamerkan kecantikannya.

Kemudian datanglah seekor singa menawarkan diri untuk menjaga bayi Yesus, lalu sang Malaikat kepala bertanya, "bagaimana engkau dapat menjaga sang juru selamat dunia?", lalu jawab singa tersebut, "saya mempunyai kuku yang panjang dan amat tajam, maka siapapun tidak akan berani datang menggangu sang juru selamat dunia". Namun Malaikat kepala menjawab, "Sang juru selamat dunia tidak suka dengan kekejaman dan kekerasan".

Kelinci tidak mau ketinggalan menawarkan diri, maka datanglah kelinci menghadap Malaikat kepala dengan beragumentasi bahwa dia pandai melobi, lalu Malaikat kepala meminta agar kelinci membuktikan perkataannya. Lalu pergilah kelinci tersebut ke pinggir sungai dan memasukkan kakinya ke dalam sungai kemudian datanglah seekor buaya menggigit kakinya. Lalu kelinci berkata kepada buaya bahwa dia hanya menggigit sebatang kayu kelas satu, lanjut kelinci bahwa percuma giginya yang kuat dan tajam hanya bisa menggigit batang kayu saja, tidak lama kemudian buaya tersebut melepaskan gigitannya. Namun jawab Malaikat kepala bahwa bayi Yesus tidak suka binatang yang suka melobi dan menipu.

Akhirnya Malaikat kepala memilih sapi dan domba yang berada di situ, namun jawab kedua binatang tersebut bahwa, "kami hanya mampu mengibaskan ekor, apa yang dapat diperbuat oleh kita untuk menjaga bayi Yesus?" jawab Malaikat kepala bahwa, "bayi Yesus suka kerendahan".

Pesan cerita di atas mengingatkan bahwa, suka pamer dan sombong akan membawa kita kepada kehancuran. Oleh sebab itu tetaplah bersikap rendah hati.

Oleh motivator Mario Teguh, "Orang yang sombong selalu dikalahkan oleh orang yang rendah hati, mungkin tidak segera, tapi pasti".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun