Mohon tunggu...
Fiksiana

Ke-bodoh-an

19 November 2015   09:35 Diperbarui: 19 November 2015   10:12 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin aku berusaha untuk mengingat hal yang aku lupakan, semakin jelas kabut yang menutupi pikiran ku. Kemudian aku mengambil langkah tegas, dengan memulai semuanya dari awal. Apa yang menjadikan ku berpikiran seperti ini, adakah sesuatu yang mendasarinya.

Setelah aku berdiam diri sejenak sambil memikirkan hal tersebut, sampailah pada satu titik terang yang menujunkan jalan menuju kebenaran dalam pikiranku. Aku mengingat kembali alasan yang melatarbelakangi ku untuk mengingat. Ternyata ada pada pertanyaan yang diajukan oleh seorang pemuda tempo hari lalu.

Pertanyaannya masih sangat jelas terbaca dalam pikiranku. Kali ini aku mengerti dengan cepat maksud pertanyaan si pemuda itu. Apa yang sebenarnya ingin aku raih dari semua ini? Aku kembali menjawab pada diriki sendiri yaitu “kebahagiaan”.

Kini terbongkar sudah pertanyaan atas apa yang aku coba pikirkan. Namun itu belum menghilangkan rasa resah dan gelisah yang menghantui diriku. Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi. Aku sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaan si pemuda, namun kenapa aku masih resah dan gelisah seperti ini? Seakan ada hal yang ingin coba aku tanyakan kepada diriku namun aku melupakannya.

Aku bergelut dengan pikiranku kembali. Masih dalam scenario yang sepertinya sudah direncanakan oleh pikiranku sendiri untuk terus memikirkan hal yang sama. Sejenak aku berhenti berpikir dan mulai mengingat kembali. Dalam ingatan ku, aku melihat kejadian pagi ini dengan diriku yang masih duduk diatas tempat tidur.

Mengingat jauh lebih dalam apa yang aku lupakan membuat aku tersadar. Sebenarnya apa yang ingin pemuda itu sampaikan kepada ku. Mungkin inilah hal yang terpenting. Betapa memalukannya diriku, selalu saja berputar – putar di tempat yang sama tanpa adanya peningkatan.

Melupakan hal – hal yang sebenarnya jauh lebih penting ketimbang harus memikirkan hal yang sudah aku lewati. Berpikir seakan aku dapat menjawab pertanyaannya namun justru malah terjebak dalam tipu muslihatnya. Jikalau aku berpikir sedikit lebih terbuka, maka akan aku temukan jawaban atas pertanyaan pemuda itu.

Maka dari itu sobat, janganlah coba untuk memikirkan apa yang sudah terjadi dimasa lalu. Mengingat – ingat kejadian yang sudah pernah engkau lalui hanya akan menjerumuskan mu kedalam kebingungan abadi. Siapa saja yang berpikir bagaimana menjadi sebuah impian yang diimpikannya lah yang dapat menyatakan kenyataannya.  

Oleh : Johan Maheswara 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun