Mohon tunggu...
Johan Wahyudi Lukas
Johan Wahyudi Lukas Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi Membaca Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hafalan dalam Era Teknologi Digital?

15 Desember 2022   19:24 Diperbarui: 15 Desember 2022   19:50 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tak dapat dipungkiri bahwa era teknologi digitalisasi yang begitu pesat perkembangannya telah merubah segala hal, termasuk dalam bidang pendidikan. Misalnya, zaman dahulu akses pengetahuan siswa hanya kepada guru. Guru sebagai sumber informasi dan ilmu. Sedangkan zaman sekarang, akses pengetahuan siswa bisa didapatkan dari berbagai sumber. 

Misalnya, google. Siswa dapat mencari berbagai pengetahuan yang diinginkannya melalui google. Mereka ketik di google. Mereka akan mendapatkan dan mengakses pengetahuan tersebut dengan sangat cepat sekali. 

Bahkan, informasi-informasi atau pengetahuan yang siswa dapatkan di google bisa lebih banyak dibandingkan dengan informasi atau pengetahuan yang disampaikan oleh guru di kelas. Oleh sebab itu, hal perlu dipikirkan apakah masih relevan apabila siswa harus menghafal setiap informasi atau pun pengetahuan yang mereka dapatkan? 

Namun, bukan berarti menghafal adalah sesuatu yang salah. Menghafal itu adalah sesuatu yang penting, tetapi jikalau menghafal adalah bagian terpenting atau fokus utama dalam proses pembelajaran siswa, maka hal tersebut nampaknya sudah tidak relevan lagi di era teknologi digital yang begitu pesat dalam perkembangannya.

Apabila zaman dahulu, proses pembelajaran siswa hanyalah menghafal buku catatan guru yang dituliskan di papan tulis. Di era saat ini, proses pembelajaran haruslah menekankan kepada proses berpikir kritis siswa, sebab era digitalisasi yang pesat mengakibatkan siswa bisa mengakses berbagai pengetahuan dengan sangatlah mudah. Tetapi, yang jadi tantangannya adalah bagaimana siswa dapat menentukan terkait pengetahuan atau informasi yang mereka dapatkan itu benar atau salah. 

Oleh sebab itu, perlu dikembangkan proses berpikir kritis dari siswa seperti yang disebutkan atau diajarkan di dalam taxonomy bloom revisi. Dalam Taxonomy Blooms revisi, mengingat/menghafal (remembering) berada di level paling bawah. Namun, bukan berarti remembering tidak penting. Remembering penting, sebab hal tersebut menjadi fondasi untuk naik ke level berikutnya. Yang jadi persoalannya, apabila hanya menekankan atau berfokus pada remembering. Itu yang jadi masalah besar dalam dunia pendidikan. Oleh sebab itu, dalam taxonomy bloom revisi, remembering dikategorikan sebagai LOTS (lower order thinking skills).

Apabila diperhatikan dalam kurikulum merdeka, siswa diharapkan bukan berada di level LOTS, tetapi berada di level HOTS (higher order thinking skills). Siswa diharapkan untuk memiliki kemampuan dalam menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), dan menciptakan sesuatu yang baru (creating). Jadi, siswa tidak hanya menerima informasi dan pengetahuan saja. 

Tapi, siswa diharapkan memikirkan ulang, menganalisis dan mengevaluasi, bahkan menggugat informasi atau pengetahuan yang mereka dapatkan dari berbagai sumber tersebut. Dengan demikian, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang jauh lebih melimpah dibandingkan siswa hanya menghafal saja materi pembelajaran yang mereka dapatkan di kelas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun