Mohon tunggu...
Johan T.Bayuntoro
Johan T.Bayuntoro Mohon Tunggu... Guru - Guru-Jurnalis-Penulis Buku

Seorang guru Biologi yang memiliki ketertarikan dengan pembelajaran berbasis TIK dan literasi. Selain menjadi guru, saya juga seorang jurnalis, penulis buku, dan gemar berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran ASIK Bervisi Life-long Learning

2 Agustus 2024   07:19 Diperbarui: 2 Agustus 2024   11:21 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelajaran Biologi memang memerlukan kesiapan, konsep yang abstrak harus dijabarkan secara detail terutama pemahaman terkait proses sains. Saya sebagai guru biologi merasa tertantang karena memiliki peran vital untuk segera adaptif, lebih kreatif, inovatif dan solutif dalam mengembangkan proses pembelajaran walaupun secara terbatas. Konsep Ki Hadjar Dewantoro tentang Taman Siswa inilah yang saya coba aplikasikan untuk membangkitkan motivasi belajar, menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan bagi para siswa guna mewujudkan Merdeka Belajar, salah satunya melalui pembelajaran ASIK (Autentik, Solutif, Inovatif, Komunikatif) Bervisi Life-long Learning di SMA Negeri 11 Semarang-Jawa Tengah.

Ini merupakan segelintir kisahku saat belajar biologi bersama anak-anak hebat penuh ceria dan semangat di SMA Negeri 11 Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kejenuhan dalam belajar jelas mereka rasakan saat badai pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Kurang lebih sejak Maret 2020 Corona Virus Disease masuk ke negeri tercinta kita di Indonesia, alih-alih sektor dunia pendidikan merasakan dampak dahsyatnya dengan diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Belum lama anak-anak di sekolah kami telah melaksanakan Penilaian Tengah Semester (PTS). PTS kami lakukan secara daring (on-line), sehingga anak-anak dapat mengaksesnya dari rumah masing-masing. Khususnya pada kelas X SMA Negeri 11 Semarang hasil dari pelaksanaan PTS mata pelajaran Biologi cukup mempirhatinkan. Dari hasil analisis statistik ketuntasan siswa menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar aspek pengetahuan yaitu 69,86 dengan 19 siswa memenuhi KKM (52%), skor terendah 40, tertinggi 85. Sungguh hasil yang menjadi cambuk bagi saya sebagai guru yang mengampu mata pelajaran Biologi di kelas tersebut. Alih-alih mendapatkan nilai maksimal karena dilakukan secara daring, tetapi malah banyak siswa yang mengalami kesulitan dan nilai di bawah KKM.

Kini, dunia pendidikan serasa mendapatkan angin segar, sekolah kami dan beberapa sekolah lain sudah mendapatkan izin untuk menggelar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). Kami merasa senang dan tentu menyambut dengan rasa optimis baik guru maupun siswa, terutama orang tua yang mayoritas meminta agar sekolah segera dibuka dan dilakukan pembelajaran tatap muka, tentu dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan Covid-19 agar pembelajaran bisa terus berlangsung.

Suasana hening takut dan seakan para siswa merasa aneh ketika harus kembali ke ruang kelasnya, tentu perlu adaptasi dan pembiasaan seperti sediakala. Hal ini jelas terasa pada saat diberlakukannya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT), banyak siswa yang merasa harus beradaptasi dengan kondisi baru ini. Mulai dari harus mengisi form pemantauan setelah sepulang dari sekolah, mencuci tangan dengan sabun, dan cek suhu tubuh yang setiap pagi dilakukan oleh beberapa anggota Satgas Jogo Sekolah yang ada di sekolah kami. Kami juga memastikan tidak adanya siswa yang berkerumun selama pembelajaran berlangsung.

Saya juga melihat, para siswa merasa canggung, malu, dan pasif karena banyak konsep yang kurang bisa terserap dengan maksimal selama PJJ.  Pada suatu hari di Kelas X SMA Negeri 11 Semarang. Perasaan hening terasa takut itulah pandangan siswa-siswi yang pertama kali melihat saya masuk di kelasnya. Terasa saya menjadi orang asing mengingat lamanya PJJ. Perlahan kita bangun komunikasi yang baik dan tentunya dua arah sehingga tercipta suasana harmonis dalam kelas. Tidak hanya itu tentunya muatan karakter juga saya berikan di sela-sela pembelajaran mengingat itulah kunci suskes utama pendidikan saat ini yang karakter mulai tergerus, apalagi oleh adanya pandemi Covid-19. Oleh karena itu, dalam pembelajaran biologi perlu mengaplikasikan suatu metode yang dapat membangkitkan gairah semangat siswa dan menciptakan konsep Merdeka Belajar di sekolah.

Pembelajaran Biologi saya coba terapkan secara interaktif, keterlibatan siswa dan aktivitas siswa dibutuhkan dalam membangun dan menemukan konsep sains, agar bisa dijelaskan secara logis khususnya pada materi Kingdom Fungi/Jamur. Saya mencoba mengarahkan para siswa khususnya di Kelas X SMA Negeri 11 Semarang agar dapat menerapkan prinsip science is fun, sehingga menjadikan PTMT lebih bermakna dan menyenangkan. Tidak cukup disitu, tentu saya sebagai guru mata pelajaran biologi juga mencoba melatih kemampuan science reasoning berbasis inquiry learning agar membiasakan siswa belajar secara mandiri, gotong royong, berpikir kreatif dan bernalar kritis yang merupakan beberapa cerminan Profil Pelajar Pancasila. Tidak bisa dielakkan lagi mengingat, sistem pendidikan ansional harus mengedepankan nilai-nilai Ketuhanan yang berkarakter, berakhlak mulia, serta unggul dalam inovasi dan teknologi "Joko Widodo dalam Pidato Presiden RI 14 Agustus 2020".

Pendekatan berbasis sains digunakan pada Kurikulum 2013 untuk mendorong siswa agar melakukan kegiatan observasi, bertanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan mengakomodasikan dengan objek pembelajaran secara langsung yaitu fenomena alam, sosial, seni dan budaya. Oleh karenanya, siswa saya ajak berperan aktif dalam pembelajaran. Kami melakukan pembelajaran tidak hanya di dalam kelas, melainkan siswa juga saya ajak agar terlibat dalam pembelajaran praktik yang dilakukan di Laboratorium Biologi di SMA Negeri 11 Semarang.

Pada kegiatan awal pembelajaran ASIK (Autentik, Solutif, Inovatif, Komunikatif) yaitu Autentik. Siswa saya bentuk menjadi beberapa kelompok, secara berkelompok para siswa menganalisis dan mengamati bahan autentik yang ditampilkan oleh guru berupa bunga mawar (tumbuhan Spermatophyta) dan juga baglog berisi jamur tiram. Tidak hanya itu sebelumnya saya juga sudah membagi kelompok tugas untuk siswa agar membawa beberapa bahan autentik jamur makroskopis lain (jamur merang, kuping, kancing) untuk dihadirkan di dalam kelas. Melalui kegiatan ini siswa merasa tertantang dan semakin menarik minat belajar karena mereka mengalami langsung proses pembelajaran dengan bahan autentik.

Para siswa terlihat antusias mengamati secara langsung bahan-bahan yang disajikan sebagai sumber belajar di kelas. Kemudian saya juga membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Praktikum mengenai jamur untuk digunakan siswa melakukan pengamatan makroskopis struktur tubuh jamur, karakteristik jamur, cara mendapatkan nutrisi, dan peran jamur dalam kehidupan. Terlihat jelas melalui tahapan ini proses critical thinking dan gotong royong diantara siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun