Mohon tunggu...
Johansyah Syafri
Johansyah Syafri Mohon Tunggu... Editor - Pelayan Publik

Kata Imam Syafi'i, "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekelumit Histori Hari Pers Nasional

9 Februari 2023   16:25 Diperbarui: 9 Februari 2023   16:44 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tanggal 9 Februari, diperingati sebagai Hari Pers Nasional (HPN).

Peringatan HPN yang dirayakan saban tahun ini sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia (HUT PWI).

Bersempena HUT ke-77 PWI, hari ini, Rabu, 9 Februari 2023, HPN 2023 dipusatkan di Medan, Sumatera Utara.

Acara puncaknya diselenggarakan di Gedung Serbaguna Pemrov Sumut, Jalan Williem Iskandar Nomor 9 Kelurahan Kenangan Baru, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang.

Adalah Dewan Pers tiap tahunnya yang menetapkan tempat penyelenggaraan perayaan ini secara bergantian di ibukota provinsi di seluruh Indonesia.

Keabsahan penetapan HPN diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1985.

Keppres yang ditetapkan pada Rabu, 23 Januari 1995 tersebut, ditandatangani Presiden H. Muhammad Soeharto (alm.).

HPN dicetus tersebab fungsi jurnalis. Fungsi wartawan sebagai aktivitas pemberitaan membuat masyarakat membangkitkan pengertian yang dalam atau kesadarannya.

Sejarah HPN memang berkait kelindan dengan PWI sebagai organisasi wartawan tingkat nasional pertama atau tertua di Indonesia.

PWI terbentuk di hari yang sama dengan penandatanganan Keppres oleh Presiden H. Muhammad Soeharto tersebut, pada tanggal 9 Februari 1946, di Surakarta.

Organisasi PWI lahir lebih awal dibanding SPS (Serikat Penerbit Surat Kabar).

Mengutip laman PWI, aspirasi perjuangan kewartawanan Indonesia yang melahirkan PWI, uga yang melahirkan SPS, empat bulan kemudian yakni pada Juni 1946.

Dengan lahirnya PWI, wartawan Indonesia menjadi tangguh untuk tampil sebagai ujung tombak perjuangan Indonesia dalam menentang kembalinya kolonialisme dan negara lain yang ingin meruntuhkan Republik Indonesia.

Sewaktu diadakannya Kongres ke-28 PWI di Padang, Sumatera Barat tahun 1978, HPN menjadi salah satu pokok pembicaraan dalam diskusi yang dihasilkan dari kongres di Ranah Minang tersebut.

Isu atas HPN tercipta dari pemikiran bernas para tokoh pers untuk memperingati kehadiran dan peranan pers nasional di tanah air.

Sejarah Hari Pers Nasional

Tambo HPN berawal mula dari histori pers nasional yang tercipta sebelum kemerdekaan Indonesia.

Waktu itu, PWI yang saat ini PWI sendiri mempunyai keanggotaan yang berasal dari seluruh Indonesia, mempunyai dua peranan sekaligus ketika mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Seperti dua sisi mata uang.

Pertama, wartawan berposisi sebagai orang yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan fungsi yang harus dilaksanakan dalam pemberitaan dan penerangan guna membangkitkan kesadaran nasional atas situasi yang terjadi saat itu.

Dan kedua, posisi wartawan sebagai aktivis politik dalam membangun perlawanan rakyat terhadap kolonial.

Siapa Bapak Pers Nasional?

Tirto Adhi Soerjo (lahir sebagai Raden Mas Djokomono). Namanya sering disingkat T.A.S..

T.A.S. lahir di Blora, Jawa Tengah, tahun 1980 dan meninggal di Batavia (Jakarta) pada 7 Desember 1918 dalam usia sekitar 38 tahun.

Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo begitu nama lengkapnya sering ditulis, merupakan seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia.

T.A.S. juga dikenal sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia.

Surat kabar yang diterbitkan T.A.S., menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia (1908).

Medan Prijaji merupakan koran nasional pertama karena menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia).

Tak hanya itu, seluruh pekerja mulai dari pengasuh, percetakan, penerbitan dan wartawannya adalah pribumi Indonesia.

T.A.S. juga merupakan orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk opini publik.

Dia juga berani menulis teguran keras terhadap pemerintahan kolonial Belanda kala itu.

Akibat keberaniannya itu, Tirto ditangkap Belanda. Ia disingkirkan dari Pulau Jawa. T.A.S. dibuang ke Pulau Bacan, di dekat Halmahera, Maluku Utara.

Usai masa pembuangannya, ia kembali ke Batavia. Tirto meninggal dunia pada 7 Desember 1918.

Pramoedya Ananta Toer yang juga lahir di Blora pada tahun 1925, mengangkat kisah perjuangan dan kehidupan T.A.S. dalam Tetralogi Buru dan Sang Pemula.

Tetralogi adalah seri karya sastra yang terdiri atas empat satuan yang saling berhubungan dan mengembangkan satu tema.

Pada 1973, pemerintah mengukuhkan Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo  sebagai Bapak Pers Nasional.

Pada tanggal 3 November 2006, ia mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres RI Nomor 85/TK/2006.

Tanggal HPN Sempat Diperdebatkan

Penetapan tanggal perayaan HPN pada 9 Februari sempat menuai perdebatan.

Pasalnya, penetapan HPN yang diambil dari hari lahir PWI, dianggap tak mewadahi organisasi wartawan lainnya yang mempunyai visi berlainan.

Sejumlah organisasi pers juga sering menyampaikan kritik terkait tanggal penetapan HPN.

Menurut banyak sumber, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), merupakan dua organisasi wartawan, yaitu kerap mempermasalahkan penetapan tanggal 9 Februari sebagai HPN.

Bahkan, kedua organisasi tersebut beberapa kali menyelenggarakan seminar demi mencari tanggal yang pas untuk memperingati HPN.

AJI dan IJTI pernah menyarankan agar HPN diperingati setiap tanggal 23 September untuk mengenang momen kebangkitan pers nasional dengan disahkannya UU Nomor 40 tahun 1999 Tentang Pers.

UU Nomor 40 Tahun 1999 yang terdiri dari 21 Pasal tersebut ditetapkan dan diundangkan pada tanggal yang sama. Yakni, tanggal yang disulkan AJI dan IJTI untuk diperingati sebagai HPN.

Namun, sejumlah perwakilan PWI dari daerah tak menerima pergantian tanggal HPN, sehingga pada akhirnya HPN tetap diperingati setiap tanggal 9 Februari. Sampai tahun 2023.

"Pers Merdeka, Demokrasi Bermartabat". Itulah tema HPN 2023 dan HUT ke-77 PWI

Sedangkan untuk tingkat Kab. Bengkalis, Riau, pokok pikiran yang diusung PWI Bengkalis dalam rangka HPN 2023 dan HUT ke-77 PWI adalah "PWI Hebat Bengkalis Bermasa".

Sebagai orang yang pernah menjadi kuli tinta (meskipun sesaat), kami ucapkan, "Selamat HPN 2023 dan HUT ke-77 PWI. Pers merdeka, Demokrasi Bermartabat adalah kita". *****

Disarikan dari berbagai sumber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun