Mohon tunggu...
Johansyah Syafri
Johansyah Syafri Mohon Tunggu... Editor - Pelayan Publik

Kata Imam Syafi'i, "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya."

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Di Lapangan Tugu Bengkalis Merah Putih Pertama Kali Dikibarkan

2 Februari 2023   17:41 Diperbarui: 2 Februari 2023   17:45 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pengibaran Sang Saka Merah Putih, 17 Agustus 2019 di Lapangan Tugu Bengkalis (Dokumen pribadi) 

Apabila seseorang meninggalkan asal mulanya, mereka laksana kacang lupa pada kulitnya. Begitu sebuah ungkapan bijak memberikan tamsil.

Ibarat nan sarat nasihat itu mengingatkan, ada tanggung jawab moril supaya senantiasa menghargai pikiran, prestasi, sekaligus apa yang diwariskan para pendahulu.

Hal senada juga dikemukakan sang proklamator, Ir. Soekarno.

"Jangan sekali-kali melupakan sejarah," ujar presiden pertama Indonesia dalam pidatonya yang terakhir, pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966.

Ungkapan yang sering disebut atau ditulis dalam kalimat yang salah -- Jangan sekali-sekali melupakan sejarah -- tersebut, dikenal dengan akronim "Jasmerah".

Apa yang dikemukakan Soekarno itu menegaskan bahwa sejarah tidak sebatas cerita masa lalu, tetapi juga fondasi yang kokoh dalam menjaga dan menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme dan patriotisme bangsa.

Seperti di daerah lain, di Kabupaten Bengkalis, khususnya di Pulau Bengkalis, juga terdapat tempat bersejarah.

Lokasi yang mempunyai kait kuat dengan sejarah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Selain pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno-Hatta, salah satu penanda Indonesia merdeka adalah pengibaran Sang Dwi Warna, Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bendera Negara Merah Putih.

Pembacaan teks proklamasi dan pengibaran bendera tersebut dilaksanakan di tempat yang sama, di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta.

Bendera pusaka pertama kali dijahit oleh Fatmawati, istri dari Presiden Soekarno, setelah ia bersama keluarganya kembali ke Jakarta dari pengasingan di Bengkulu, Oktober 1944.

Bahan dari bendera yang dijahit dalam waktu dua hari tersebut adalah katun Jepang yang memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia. Ukurannya 274 x 196 cm.

Adapun "trio" yang mengibarkannya pada hari Jumat tersebut, yakni Latief Hendraningrat, Suhud, dan SK Trimurti.

Proses pengibaran Sang Saka Merah Putih, 17 Agustus 2019 di Lapangan Tugu Bengkalis (Dokumen pribadi) 
Proses pengibaran Sang Saka Merah Putih, 17 Agustus 2019 di Lapangan Tugu Bengkalis (Dokumen pribadi) 

Di Pulau Bengkalis, tempat pengibaran Sang Saka Merah Putih di Lapangan Tugu Bengkalis. Namun bukan pada 17 Agustus 1945.

Salah satu saksi sejarah yang menyaksikan langsung pengibaran Merah Putih di Lapangan Tugu, Datuk Seri H. Zainuddin Yusuf menjelaskan, peristiwa bersejarah itu terjadi dua bulan setelahnya.

"Pada Rabu, 17 Oktober 1945," jelas Ketua Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau (MKA LAMR) Kabupaten Bengkalis ini.

Imbuhnya, ia masih ingat betul di mana dirinya tegak (berdiri) saat menyanyikan lagu Indonesia Raya waktu pengibaran bendera Merah tersebut.

"Saat itu saya masih duduk di bangku sekolah rakyat (SR) kelas III. Umur saya 13 tahun," tambah pria yang tetap tak berkaca mata meskipun sudah berusia hampir sembilan dasawarsa.

Lanjutnya, tak samanya waktu pengibaran Merah Putih di Pulau Bengkalis dengan Jalan Pengangsaan Timur 56, Jakarta, disebabkan alat komunikasi kala itu minim. Sangat terbatas sekali. Akibatnya, informasi tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kasip sampai di Bengkalis.

Katanya, pengibaran bendera Merah Putih pada 17 Oktober 1945 itu, bukan tanpa perjuangan. Namun harus didahului dengan pertumpahan darah.

Setelah Jakarta mengumumkan kemerdekaan 17 Agustus 1945, ada tentara kelompok Cina dari Malaysia datang ke Pulau Bengkalis. Niatnya, ingin menjajah sebelum informasi kemerdekaan sampai ke daerah ini.

Mengetahui hal itu, kelompok pemuda di Bengkalis, bersatu. Melakukan perlawanan. Terjadilah pertempuran selama dua bulan sebelum bendera Merah Putih berkibar di Lapangan Tugu.

Pertempuran yang terjadi di sekitar Desa Senggoro tersebut dipimpin oleh pemuda Bengkalis nan gagah berani yang bernama Nurdin Yusuf.

Pastinya, kelompok pemuda yang dipimpin Nurdin Yusuf itulah yang memenangkannya.

"Selain ada yang gugur, beberapa orang pasukan Cina tersebut berhasil dipenjarakan," kenangnya, sebelum melanjutkan meneguk kopi susu, ketika ditemui di tempat kerjanya, PT Pelnas Lestari Indomabahari Cabang Bengkalis, Jalan Syahbandar 09, Bengkalis, Kamis, 2 Februari 2023.

Merdeka!

Merdeka!

Merdeka! *****

Bersama Datuk Seri H. Zainuddin Yusuf, Kamis, 2 Februari 2023 (Dokumen pribadi)
Bersama Datuk Seri H. Zainuddin Yusuf, Kamis, 2 Februari 2023 (Dokumen pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun