Bahan dari bendera yang dijahit dalam waktu dua hari tersebut adalah katun Jepang yang memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia. Ukurannya 274 x 196 cm.
Adapun "trio" yang mengibarkannya pada hari Jumat tersebut, yakni Latief Hendraningrat, Suhud, dan SK Trimurti.
Di Pulau Bengkalis, tempat pengibaran Sang Saka Merah Putih di Lapangan Tugu Bengkalis. Namun bukan pada 17 Agustus 1945.
Salah satu saksi sejarah yang menyaksikan langsung pengibaran Merah Putih di Lapangan Tugu, Datuk Seri H. Zainuddin Yusuf menjelaskan, peristiwa bersejarah itu terjadi dua bulan setelahnya.
"Pada Rabu, 17 Oktober 1945," jelas Ketua Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau (MKA LAMR) Kabupaten Bengkalis ini.
Imbuhnya, ia masih ingat betul di mana dirinya tegak (berdiri) saat menyanyikan lagu Indonesia Raya waktu pengibaran bendera Merah tersebut.
"Saat itu saya masih duduk di bangku sekolah rakyat (SR) kelas III. Umur saya 13 tahun," tambah pria yang tetap tak berkaca mata meskipun sudah berusia hampir sembilan dasawarsa.
Lanjutnya, tak samanya waktu pengibaran Merah Putih di Pulau Bengkalis dengan Jalan Pengangsaan Timur 56, Jakarta, disebabkan alat komunikasi kala itu minim. Sangat terbatas sekali. Akibatnya, informasi tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, kasip sampai di Bengkalis.
Katanya, pengibaran bendera Merah Putih pada 17 Oktober 1945 itu, bukan tanpa perjuangan. Namun harus didahului dengan pertumpahan darah.
Setelah Jakarta mengumumkan kemerdekaan 17 Agustus 1945, ada tentara kelompok Cina dari Malaysia datang ke Pulau Bengkalis. Niatnya, ingin menjajah sebelum informasi kemerdekaan sampai ke daerah ini.