Mohon tunggu...
Johansyah Syafri
Johansyah Syafri Mohon Tunggu... Editor - Pelayan Publik

Kata Imam Syafi'i, "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya."

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Di Lapangan Tugu Bengkalis Merah Putih Pertama Kali Dikibarkan

2 Februari 2023   17:41 Diperbarui: 2 Februari 2023   17:45 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Datuk Seri H. Zainuddin Yusuf, Kamis, 2 Februari 2023 (Dokumen pribadi)

Apabila seseorang meninggalkan asal mulanya, mereka laksana kacang lupa pada kulitnya. Begitu sebuah ungkapan bijak memberikan tamsil.

Ibarat nan sarat nasihat itu mengingatkan, ada tanggung jawab moril supaya senantiasa menghargai pikiran, prestasi, sekaligus apa yang diwariskan para pendahulu.

Hal senada juga dikemukakan sang proklamator, Ir. Soekarno.

"Jangan sekali-kali melupakan sejarah," ujar presiden pertama Indonesia dalam pidatonya yang terakhir, pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966.

Ungkapan yang sering disebut atau ditulis dalam kalimat yang salah -- Jangan sekali-sekali melupakan sejarah -- tersebut, dikenal dengan akronim "Jasmerah".

Apa yang dikemukakan Soekarno itu menegaskan bahwa sejarah tidak sebatas cerita masa lalu, tetapi juga fondasi yang kokoh dalam menjaga dan menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme dan patriotisme bangsa.

Seperti di daerah lain, di Kabupaten Bengkalis, khususnya di Pulau Bengkalis, juga terdapat tempat bersejarah.

Lokasi yang mempunyai kait kuat dengan sejarah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Selain pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno-Hatta, salah satu penanda Indonesia merdeka adalah pengibaran Sang Dwi Warna, Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bendera Negara Merah Putih.

Pembacaan teks proklamasi dan pengibaran bendera tersebut dilaksanakan di tempat yang sama, di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta.

Bendera pusaka pertama kali dijahit oleh Fatmawati, istri dari Presiden Soekarno, setelah ia bersama keluarganya kembali ke Jakarta dari pengasingan di Bengkulu, Oktober 1944.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun