Berawal dari kedai kopi.
Ibarat dua sisi mata uang. Antara kedai kopi dan Koberkobs tak bisa dipisahkan.
Pasalnya, ide pendirian komunitas muncul di salah satu kedai kopi di kota Bengkalis.
Di ibu kota kab. berjuluk Negeri Junjungan ini memang terdapat banyak warung kopi.
Saat itu, kenangnya, ia tengah duduk-duduk santai bersama teman dekatnya Drales Pical. Wan Junizal dan sahabatnya itu memang dikenal banyak orang sebagai donor aktif.
"Awal munculnya ide mendirikan Koberkobs dari rasa keprihatinan. Utamanya keluhan dari keluarga pasien di RSUD Bengkalis," jelasnya.
Lantas apa menjadi keprihatinan Wan Junizal dan sahabatnya tersebut kala itu?
Yaitu, maraknya praktik makelar atau calo darah di ibu kota Kab. Bengkalis.
Namanya juga calo, orientasi mereka bukan sosial. Menjadikan darah sebagai bisnis. Untuk mendapatkan cuan alias uang.
Bagi mereka yang penting dapat pemasukan. Meskipun hal itu memberatkan keluarga penderita yang membutuhkan darah, tak mereka hiraukan.
Ditambahkannya, saat gagasan mendirikan Koberkobs, makelar darah di kota Bengkalis masih suka "bergentayangan". Tak hanya malam, tapi juga di siang.