Kami sama sekali tak tahu siapa pemilik sebenarnya? Tapi, hampir setiap hari selalu ada bebek tetangga yang bertandang ke kediaman kami. Dua ekor. Mencari makan di pekarangan rumah. Begitu pula tadi pagi.
Bebek dan itik, seringgit di dua kupang. Salah satu jenisnya itik serati atau bebek Manila (Cairina moschata). Orang Jawa menyebutnya menthok.
Hewan sejenis burung atau unggas yang dalam bahasa Inggris disebut "muscovy duck" atau "barbary duck". Asalnya dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Kami memang bukan alumnus fakultas peternakan. Tapi punya sedikit ilmu tentang itik. Pasalnya, orang tua kami dahulu pernah memelihara bebek. Bebek petelur.
Adapun jenis bebek yang dibudidayakan kala itu, bebek Jawa (Anas platyrhynchos javanica). Jumlah Tak banyak, sekitar 100 ekor. Selain itu ada beberapa ekor itik Manila.
Karenanya, kami bisa membedakan dengan baik, mana bebek jantan atau betina. Baik itu itik Jawa maupun bebek Manila. Yakni, bebek jantan tak bertelur, yang bertelur bebek betina.
Kemudian, di kampung leluhur, untuk menetaskan telur bebek, bisa dilakukan dengan "penipuan". Ditumpangkan dengan ayam. Ayam dijadikan "induk angkat".
Caranya, sebelum masa ayam mengerami telurnya, telur ayam tersebut ditukar dengan telur bebek.
Mengapa bebek tidak suka mengerami telurnya? Pertama, bebek suka bertelur di berbagai tempat. Biasanya bebek suka bertelur sebelum pagi hari. Ia bertelur di mana saja tergantung tempatnya tidur. Tak satu tempat laksana ayam.
Kedua, sayap bebek ukurannya lebih kecil dibandingkan ayam, sehingga sulit memenuhi ketentuan syarat suhu penetasan yang diperlukan. Agar telur bisa menetas, diperlukan suhu sekitar 38 derajat Celsius.
Di Sumatera Selatan ada bebek lokal. Namanya bebek Pegagan. Bebek ini berasal dari Kec. Tanjung Raja, Indralaya serta Pemulutan di Kab. Ogan Ilir. Penamaan bebek Pegagan diambil dari nama suku di daerah tersebut.