Tulisan ini mungkin agak nyeleneh karena jika disandingkan dengan era sekarang mungkin sekarang bisa dikategorikan lebay. Teman-teman segenerasi dengan saya mungkin pernah mengalami hal yang saya rasakan terutama kelahiran tahun 80 tahun keatas.Â
Mengambil Judul Kisah Pacaran Jarak Jauh (Long Distance Relationship) di era tahun 2000an. Tulisan ini dilatarbelakangi oleh pengalaman penulis saat menjalin suatu hubungan dengan seorang gadis yang terpisah karena pendidikan.Â
Saat itu di tahun 2003, perkembangan teknologi tidak seperti sekarang (terbatas). Komunikasi dilakukan dengan telepon rumah atau wartel (warung telekomunikasi) dan surat menyurat.
Tulisan ini akan membahas komunikasi melalui wartel dan surat menyurat saat menjalin hubungan (pacaran) dengan seorang mahasiswi di Universitas Negeri Medan.Â
Pada tahun 2003-an, orang yang memiliki alat komunikasi seperti HP (handphone) masih terbatas dan sangat mahal jika ada.Â
Saat itu juga pulsa sangat mahal karena keterbatasan di pasaran sehingga bisa dikategorikan yang memiliki HP adalah orang yang cukup dalam hal finansial.Â
Solusi komunikasi yang cukup populer saat itu adalah komunikasi di wartel atau melalui surat menyurat. Saat itu kalau tidak salah Fb, IG dan lainnya belum ada, yang ada hanya email, friendster yang saya ketahui dan itupun sangat terbatas pengetahuan saya.
Pertama kita bahas adalah komunikasi dengan wartel (warung telekomunikasi), tentu ini sangat menarik untuk dituliskan kembali karena sarat kenangan dan pembelajaran saat itu.Â
Maklum saat itu, saya hanya mengandalkan wartel untuk berkomunikasi atau menjalin hubungan dengan seorang mahasiswi cantik di Medan. Saat itu saya berjuang melanjutkan studi di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Yogyakarta sementara pacar saya melanjutkan studi di salah satu PTN di Sumatera Utara.Â
Secara jarak tentunya lumayan jauh karena membutuhkan cost (biaya) yang cukup untuk pulang ke Medan. Saat itu, saya selalu memanfaatkan wartel untuk melakukan komunikasi dengan pacar saya untuk sekedar bercerita atau saling tanya kabar (hal lumrah).Â
Kebetulan kost saya dekat dengan wartel, seperti biasa di dalam wartel terdapat kamar bicara umum yang berisi telepon untuk dipakai oleh konsumen.Â