Merokok bagi anak sekolah terkhusus murid SMP tentunya dilarang oleh orangtua karena dikuatirkan akan menganggu kesehatan dan berpotensi atau pemicu melakukan tindakan tidak baik lainnya seperti bolos sekolah, bermain judi, minum alkohol dan lain-lain. Kisah ini diambil dari pengalaman hidup saya saat itu yang dapat dikatan adalah pada masa remaja yang pingin dilihat hebat orang dengan merokok.
Santrock (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan kognitif, emosional, sosial dan biologis. Â Sehingga saat SMP mengalami transisi tersebut sepertinya jika melakukan tindakan yang tidak baik ada rasa kebanggan diri terlebih jika dilihat teman-teman.
Ada apa dengan merokok?
Merokok pada zaman saya terkhusus di kalangan murid SMP biasanya dilakukan siswa-siswi yang mengalami transisi pingin coba-coba dan gaya hidup. Biasanya yang melakukan hal tersebut dicap sebagai anak bandel, mungkin saja pandangan itu benar karena nasehat orangtua saat itu jangan merokok tapi saya langgar.
Berdasarkan informasi dari teman-teman saya, mereka merokok awalnya karena coba-coba sehingga menjadi kecanduan, ada juga yang menyebutkan ikut-ikutan biar dikatakan keren, ada juga karena terpengaruh dari temannya, ada juga karena pelarian atau pelampiasan dari masalah yang dihadapi siswa tersebut seperti di rumah maupun dilingkungannya. Secara ilmiah perilaku merokok (fenotipe) diakibatkan atau disebabkan oleh genotipe dan lingkungan.
Berdasarkan rumus tersebut, saya merokok karena secara genetik orang tua (bapak) saya merokok pada saat itu dan lingkungan saya yaitu teman-teman saya banyak yang merokok. Rumus tersebut sesuai dengan yang saya alami (fenotipe = genotipe + lingkungan). Hal ini sesuai juga dengan penelitian Rachmat et al. (2013) yang menyatakan bahwa perilaku merokok pada usia remaja disebabkan oleh interaksi kelompok sebaya (teman smp saya), interaksi keluarga (bapak saya). Gaya hidup siswa sejak zaman saya ternyata sesuai juga dengan kenyataan saat ini diperkuat oleh penelitian Rachmat et al. (2013) yang menyatakan bahwa perilaku merokok semakin merata atau menjadi gaya hidup bagi para remaja.Â
Kembali ke kisah saya terkait merokok saat duduk dibangku SMP sangat lucu, saat itu sekolah kami ada acara pulang cepat. Saya langsung bergabung dengan teman-teman saya yang kebetulan banyak yang merokok. Waktu itu ada kebanggaan bagi saya jika bergaul dengan teman-teman yang menurut teman-teman saya saat itu "sedikit bandel" karena ada rasa percaya diri, biar disebut hebat dan lain-lain.
Tidak tahu entah kenapa saat membeli rokok ada sesuatu yang aneh, dari beberapa kedai yang saya beli ada masalah dengan penjualnya. Kalau saya tidak salah ada tiga kedai yang saya beli rata-rata saat itu alasannya adalah rokoknya habis, orangnya tidak ada. Terakhir kalau tidak salah pada saat kedai ketiga rokoknya ada dan saya menyalakannya dan menghisap rokok itu.
Perasaan saya saat itu dengan teman-teman saya, saya sudah hebat sekali dan rasa percaya diri tinggi. Saya berjalan dengan teman-teman saya sambil menghisap rokok saya saat itu. Tapi entah apa dikata baru berjalan sekitar 50 meter, orangtua saya saat itu baru pulang dari pasar untuk belanja melihat saya merokok?
Apakah yang terjadi?
Orangtua saya turun dan seketika membuka helmnya dan mencoba memukul ke kepala saya dan menyatakan kenapa kamu merokok? Tolong buang rokokmu itu dan jangan coba pulang ke rumah? Setelah itu ada tentara mencoba melerai kami dan seketika orangtua (bapak) saya kesal dengan melanjutkan perjalanannya sedangkan saya tidak ikut beliau. Saya disepanjang perjalanan sungguh takut dan berkhayal hukuman apa yang saya dapatkan dan perkataan "jangan pulang ke rumah".
Saya sebenarnya sudah punya firasat bahwa perilaku saya merokok ini sudah ada yang tidak benar seperti kedai yang menjual rokok sampai tiga kali tidak melayani saya karena alasan habis dan pemilik kedai tidak ada. Saya begitu takut saat itu tapi dengan modal nekat saya tetap pulang dan teman-teman saya pun saat itu menasehati saya agar pulang. Saya terakhir pulang kerumah dengan naik angkot dan saat itu sekitar 20 menit saya tiba di rumah.
Setiba di rumah, apakah yang terjadi?
Setiba dirumah saya disidang oleh orangtua saya, kali Bapak dan Ibu saya menginterogasi saya. Banyak nasehat dan terkadang rasa marah yang dilampiaskan ke saya. Saat itu saya hanya diam karena memang saya salah, dan berita saya merokok tersebar ke tetangga saya yang membuat saya malu saat itu. Setelah diinterogasi selama 30 menit, saya hanya diam dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan merokok lagi dan saya sadar dan mengakui bahwa tindakan saya itu salah. Saat itu juga orangtua saya memberi sanksi atau hukuman kepada saya terkait pemberian uang jajan. Saat itu di usia saya, uang jajan saya kalau kategori saat itu cukup karena dari uang jajan biasanya saya bisa makan satu mangkok bakso. Selanjutnya saya menjalani hukuman dengan pengetatann terhadap uang jajan dari orangtua saya.Â
Dampak positif?
Saat itu saya sangat benci ketika dihukum oleh orangtua saya terlebih tersiar sampai satu kampung. Tetapi perlahan-lahan ketika waktu berjalan lama, saya mengucapkan terimakasih kepada orangtua saya terkait nasehat mereka dan mungkin itulah cara Tuhan untuk menegor umatnya (saya) agar tidak merokok lagi karena saya masih sangat muda saat itu (duduk dibangku SMP).
Dan saya saat itu dengan nekat yang kuat berhasil tidak pernah lagi melakukan merokok hingga sampai sekarang. Demikian cerita saya ini dapat menginspirasi teman-teman dan semoga bermanfaat terkhusus kepada orangtua yang memiliki anak SMP.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah masa remaja adalah masa yang labil, keinginan untuk melakukan tindakan yang tidak baik sangat tinggi, peran orangtua sangat diperlukan . Diperlukan juga pengawasan orangtua secara khusus lingkungan anak yang sangat berpotensi mempengaruhi perilaku tidak baik kedepannya (saya adalah sebagai contoh) dan hukuman yang mendidik layak diterapkan jika benar-benar sang anak melakukan kesalahan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H