Johan Ridwan Syarief Rachmatullah, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prodi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Semester Tiga
Hutan Kota Srengseng, Rekomendasi Tempat Healing di Jakarta
Hiruk pikuk Kota Jakarta membuat jiwa dan raga terasa penat dan letih. Masyarakat Jakarta yang identik dengan kesibukan dan mobilitas yang padat, tentunya membutuhkan sarana refreshing atau healing yang dapat memulihkan jiwa dan raga sehingga dapat beraktivitas kembali dengan baik. Kota yang disebut-sebut sebagai kota metropolitan ini didominasi oleh gedung-gedung, bangunan, dan jalan raya. Namun, tak jarang ditemui ruang terbuka hijau salah satunya Hutan Kota Srengseng. Hutan Kota Srengseng bisa menjadi salah satu rekomendasi tempat healing di Jakarta.
 Hutan Kota Serengseng berlokasi di Jalan Haji Kelik ,RT.8/RW.6, Srengseng, Kembangan, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Hutan Kota Srengseng memiliki luas mencapai 15,3 hektare. Dahulu Hutan Kota Srengseng merupakan tempat pembuangan akhir sampah. Seiring dengan perkembangan waktu, tempat ini sudah tidak memungkinkan lagi menjalankan fungsinya. Oleh sebab itu pemerintah DKI Jakarta mengubah fungsinya menjadi Ruang Terbuka Hijau.
Hutan Kota Srengseng ini direhabilitasi dengan sistem gali uruk atau sanitary landfill. Timbunan sampah yang terkumpul di urug dan ditutup dengan lapisan tanah. Hutan Kota Srengseng ditetapkan sebagai hutan kota lewat Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 202 tahun 1995. Dalam surat keputusan tersebut kawasan Hutan Kota Srengseng difungsikan sebagai daerah resapan air, pengawetan plasma nuftah, tempat wisata dan aktifitas masyarakat. Namun pembangunan kawasan sudah dimulai sejak tahun 1993. Bahkan, persiapannya seperti pembebasan tanah sudah dimulai sejak tahun 1986.
 Hutan Kota Srengseng buka setiap hari pada pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Dengan hanya membayar Rp5.000/orang, masyarakat dapat memasuki Hutan Kota Srengseng hingga jam operasional berakhir. Saipul (39) sebagai salah satu penjaga Hutan Kota Srengseng selama 14 tahun mengatakan bahwa, Hutan Kota Srengseng ramai dikunjungi pada hari libur seperti hari Sabtu dan Minggu. Pada hari tersebut terdapat kegiatan senam rutin oleh pengunjung Hutan kota Srengseng. Kemudian juga terdapat pengunjung yang melakukan joging, memancing, dan bermain bersama anak di kawasan playground.
Pada saat mengunjungi Hutan Kota Srengseng, setelah melewati pos tiket masuk pengunjung dapat memarkirkan kendaraannya di tempat parkir yang tersedia dengan luas. Tak jauh dari tempat parkir, berjejer kios-kios penjaja makanan dan minuman. Di seberang kios, terdapat playground atau arena bermain anak-anak. Karena sudah masuk dalam kawasan, tempat ini sudah cukup teduh dinaungi rimbunnya pepohonan.
Untuk menelusuri ke dalam hutan, tersedia beberapa jalur jalan setapak yang telah dipasangi conblock sekaligus juga sebagai trek joging. Jalan setapak tersebut mengarah ke beberapa objek di dalam kawasan hutan kota. Ada yang mengarah ke tepi danau, kawasan teater atau panggung terbuka, tempat panjat dinding, Mushola, dan Toilet. Antara jalur satu dan lainnya saling terhubung.
Menurut keterangan pengelola, Hutan Kota Srengseng ini Memiliki lebih dari 65 spesies pohon besar serta kepadatan rata-rata tumbuhannya mencapai 2570 spesies per hektare. Dari sekian banyak jenis tanaman yang ada di Hutan Kota Srengseng, tanaman yang banyak dijumpai adalah pohon akasia, pohon mahoni, pohon jati, dan pohon flamboyan. Uniknya, di masing-masing kawasan tanaman diletakkan papan keterangan yang berisi nama tanaman beserta nama ilmiahnya.
Jadi, pengunjung bisa mengetahui secara langsung tanaman apa yang sedang mereka lihat saat itu. Menurut pengelola, hampir semua pepohonan yang tumbuh di tempat ini merupakan campur tangan manusia, alias sengaja ditanam. Pohon-pohon di kawasan ini terdiri dari pohon buah dan bunga yang bisa mendatangkan serangga. Sehingga mengundang kawanan burung untuk tinggal dan menetap.
Disamping pepohonan, Hutan Kota Srengseng juga menjadi habitat berbagai satwa liar. Diantaranya jenis burung, tikus, dan reptil seperti kadal. Burung yang kerap ditemukan di kawasan ini adalah burung raja udang (Halyon Chloris) dan burung emprit (Longchura sp.). Hutan Kota Srengseng dinilai cukup efektif menyerap gas karbon dioksida (CO2) dari atmosfer kota. Daya serapnya mencapai 88,15 ton CO2 per hektar. Jumlah cadangan karbon yang disimpan di hutan ini mencapai 24,04 ton per hektar.
Di Hutan Kota Srengseng ini terdapat danau yang cukup luas. Danau tersebut dapat digunakan oleh pengunjung untuk memancing. Danau di tempat ini memang tidak bening dan jernih, tapi di dalamnya terdapat banyak ikan air tawar yang dapat dipancing. Mulai dari ikan lele hingga ikan mujair. Bagi pengunjung yang ingin memancing harus membawa peralatan memancing sendiri karena pihak pengelola tidak menyediakan tempat penyewaan peralatan memancing. Nantinya, hasil dari memancing bisa dibawa pulang tanpa perlu membayar biaya sepeser pun.
Kemudian, Di Hutan Kota Srengseng ini juga terdapat sarana gazebo yang dapat dipergunakan untuk banyak kegiatan oleh masyarakat, salah satunya sebagai tempat perayaan ulang tahun anak. Kemudian, apabila pengunjung muslim hendak beribadah, di hutan kota srengseng terdapat fasilitas mushola yang memadai dan nyaman.
Tidak jauh dari tempat masuk Hutan Kota Srengseng, sekitar 30 meter ke kanan terdapat kuliner nasi uduk dan ketupat sayur Empo Hoir yang cocok untuk mengisi perut pengunjung setelah healing di hutan kota srengseng. Ipul (50) yang merupakan pemilik warung makan tersebut mengatakan bahwa, warung makan miliknya biasanya ramai pengunjung bersamaan dengan ramainya pengunjung hutan kota pada hari sabtu dan minggu. Di warung makan tersebut terdapat menu ketupat sayur dan nasi uduk dengan berbagai macam pilihan lauk. Dan juga terdapat minuman segar es kelapa hijau yang dapat melepas dahaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H