Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin akan memberikan instruksi yang spesifik dan detail mengenai tugas yang harus dilakukan oleh bawahannya. Selain itu, pemimpin otoriter juga cenderung menggunakan hukuman atau sanksi sebagai alat kontrol untuk menjaga kepatuhan bawahannya. Gaya kepemimpinan otoriter atau autokratis biasanya digunakan dalam situasi yang membutuhkan keputusan cepat dan tegas, seperti dalam situasi krisis atau darurat. Pemimpin dengan gaya ini seringkali memiliki visi yang jelas dan keputusan yang tegas, sehingga mereka dapat memimpin dengan efektif dalam situasi yang sulit.
Gaya kepemimpinan otoriter atau autokratis sebaiknya digunakan secara selektif dan hanya dalam situasi-situasi yang memerlukan keputusan cepat dan tegas. Pemimpin sebaiknya juga berusaha untuk mengembangkan kemampuan bawahannya dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
2. Gaya Kepemimpinan Militeralistis
Gaya kepemimpinan ini cenderung menekankan pada kedisiplinan yang tinggi dan hierarki yang ketat. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin seringkali memberikan perintah secara langsung dan eksplisit kepada bawahannya, dan mengharapkan mereka untuk mengeksekusi perintah tersebut dengan cepat dan akurat. Pemimpin militeristik biasanya juga memiliki standar yang sangat tinggi dan tidak mentolerir kesalahan. Oleh karena itu, bawahannya diharapkan untuk selalu berada pada kondisi yang siap untuk menghadapi situasi apapun.
Gaya kepemimpinan militeristik sebaiknya digunakan secara selektif dan hanya pada organisasi yang memerlukan kedisiplinan yang tinggi dan hierarki yang ketat. Pemimpin juga harus memastikan bahwa mereka tidak menimbulkan ketakutan atau intimidasi pada bawahannya dan memberikan ruang bagi bawahannya untuk berkontribusi dan berkembang.
3. Gaya Kepemimpinan Paternalistis
Gaya kepemimpinan paternalistis adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada perhatian yang mendalam dan perhatian terhadap kebutuhan bawahannya. Pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan ini biasanya melihat bawahannya sebagai keluarga atau anak-anak, dan memperlakukan mereka dengan penuh perhatian dan kasih sayang.
Dalam gaya kepemimpinan paternalistis, pemimpin cenderung menempatkan kepentingan bawahannya di atas kepentingan organisasi atau dirinya sendiri. Pemimpin juga cenderung memberikan bantuan dan dukungan pada bawahannya dalam hal-hal yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan mereka, seperti kesehatan dan masalah pribadi. Selain itu, pemimpin juga berusaha untuk menciptakan iklim kerja yang nyaman dan harmonis dengan membangun hubungan interpersonal yang dekat dengan bawahannya.
4. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin cenderung memberikan sedikit atau bahkan tidak ada arahan, pengawasan, atau dukungan kepada bawahannya. Pemimpin melepas tanggung jawab dan memberikan otoritas yang lebih besar kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan menentukan jalan yang harus diambil.
Gaya kepemimpinan laissez faire memiliki keuntungan dalam meningkatkan kreativitas dan inovasi bawahannya. Bawahan memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan mencoba pendekatan yang berbeda untuk menyelesaikan masalah. Hal ini juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab bawahannya karena mereka merasa memiliki kendali atas pekerjaan mereka.