Aku yang melihat dari kejauhan lantas menangis. Joni yang kuanggap sebagai saudaraku tewas bersimbah darah. Aku pun berlari keluar.
**
Sesuai ajaran yang pernah kudapatkan dari Joni aku segera bergabung dengan keanggotaan organisasi massa. Aku lamban laun menjadi salah satu pentolannya. Kukerahkan anak buahku untuk menjaga supermarket dan perlintasan jalan. Akupun menyadari jika pendapatan di sektor ini ternyata besar.
Tapi suatu saat terasa penurunan luar biasa. Uang yang kutabung perlahan menipis. Pendapatan harian kami pun menurun. Penyebabnya siapa lagi kalau bukan Corona. Aku tidak tahu persis apa itu, tapi kata siaran yang di TV, itu merupakan virus yang berbahaya.
"Persetan COVID-19 itu" pikirku. "Karena mahluk sialan itu pendapatanku turun drastis." Sesekali aku juga mengumpat kepada pemerintah "Kenapa begitu pengecut dalam menutup sektor ekonomi seperti biasanya. Mereka yang tidak dapat mencari makan lebih berbahaya dari Corona" gumamku saat itu.
Akhirnya mulai kembali kudatangi dunia lamaku yaitu mencopet. Jaga jarak yang dianjurkan tidak kuindahkan. "Lagipula aku tidak mempunyai uang kalau tidak beraktivitas keluar" pikirku. Maka kuajak temanku untuk menjambret.
Bila dahulu targetku trotoar sekarang sudah bergeser ke bandara. Aku sudah mengenal seluk beluk bandara ini sebelumnya. Dan kemudian sesuai perencanaanku, aku menjambret seorang pria separuh baya. Kembali aku bersorak kegirangan mendapatkan rampasan dari mangsaku.
Hingga suatu saat aku merasa sakit. Aku terasa sulit bernafas. "Ini mungkin efek merokok dan minum alkohol" pikirku. Dan tanpa sengaja kemudian aku membuka sebuah artikel yang menunjukkan tanda-tanda gejala Corona. Aku merasa kaget dan jantungku tiba-tiba berdegup kencang.
"Besok pasti sudah sembuh" kataku untuk menenangkan jiwaku.
Beberapa waktu kemudian terngiang kembali seruan pendeta yang mengatakan "uang haram akan menimbulkan sakit bagi orang yang menikmatinya." Tapi entahlah kurasa sisa hidupku sebentar lagi. Aku lantas bertanya apakah aku akan meninggal karena kebanyakan makan uang haram atau Corona?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H