Mohon tunggu...
Y. P.
Y. P. Mohon Tunggu... Sales - #JanganLupaBahagia

Apabila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, saya hanya orang biasa yg bisa salah. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Donald Trump Sangat Dibenci Sekaligus Sangat Dicintai, Kok Bisa?

9 Januari 2021   18:54 Diperbarui: 9 Januari 2021   19:12 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Make America Great Again - gannett-cdn.com

Terlepas dari segala kontroversi dan huru-hara yang terjadi dalam pilpres di AS, fakta bahwa Donald Trump kalah dari Joe Biden sudah tidak terelakkan lagi. Apakah hal ini disebabkan karena Biden lebih hebat dari Trump? Dari kacamata pribadi saya tidak seperti itu yang terjadi. Menurut saya Pilpres AS didominasi oleh 2 gerakan. Gerakan yang pertama adalah gerakan pro Trump dan yang kedua anti Trump.

Kelompok Pro Trump

Dengan kontroversinya dan sering menerbitkan kebijakan yang mempengaruhi bisnis diseluruh dunia, anda mungkin bertanya kog bisa ada orang-orang yang pro dengan Trump bukan?

Kalau saya cermati, kelompok orang yang ultra nasionalis rata-rata mendukung Trump. Hal itu tidak terjadi serta merta begitu saja. Ada kaitannya dengan perisitwa yang terjadi pada pemerintahan Presiden sebelumnya.

Pada tahun 2012 terjadi serangan di kedutaan besar Amerika Serikat di kota Benghazi -- Libya. Dari peristiwa itu jatuh korban jiwa diantaranya J. Christopher Stevens yang merupakan Dubes AS dan juga Sean Smith seorang pejabat Manajemen Informasi Layanan Luar Negeri AS. Nampaknya perisitwa ini begitu memilukan dan memalukan dan merendahkan harga diri orang-orang nasionalis AS dan juga pasukan keamanan AS berserta keluarganya.

Perisitwa selanjutnya terjadi pada tahun 2016 yaitu ditangkapnya 10 Marinir AS oleh Garda Revolusi Iran. Selama ini kita semua mengetahui bahwa Iran adalah negara yang jadi musuh politik AS dan mendapatkan berbagai serangan embargo dari AS. Paska peristiwa itu banyak Politisi AS menelpon otoritas Iran meminta tentara AS tersebut dibebaskan karena dianggap melakukan kesalahan navigasi dan memasuki wilayah perairan Iran.

Dan banyak peristiwa lain yang terjadi selama pemerintahan Barack Obama yang dianggap oleh mereka sebagai peristiwa yang menjatuhkan harga diri dan kebanggaan mereka terhadap negara Amerika Serikat. Sehingga dengan slogan "Make America Great Again" Donald Trump berhasil menjadi Presiden AS.Di masa pemerintahan Trump, dengan jelas kita melihat bagaimana Qasem Soleimani seorang pejabat tinggi militer Iran dieksekusi oleh AS menggunakan drone. Oleh sebagian warga AS, beliau dianggap sebagai dalang dibalik berbagai serangan ke fasilitas AS dan sekutunya di Timur Tengah. Tentu hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi pada masa Pemerintahan Obama yang berasal dari partai Demokrat AS. Sedangkan Trump berasal dari Partai Republik.

Hubungan Dengan Israel

Boleh dibilang ini adalah relasi terbaik AS dengan Israel disepanjang tahun negara tersebut berdiri. Terlihat dengan jelas bahwa perdana mentri Benjamin Netanyahu mendukung Trump sebagai Presiden Amerika. Sampai-sampai menamai daerah dataran tinggi Golan dengan nama Trump Heights.

Mayoritas rakyat Israel juga mendukung Trump karena beberapa sebab, salah satunya adalah inisiatif perdamaian dengan negara-negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Maroko, Bahrain. Sebagai sebuah negera wilayah Israel begitu kecil, sedangkan warganya sangat menyukai travelling. Kesepakatan damai ini membuat mereka bebas bepergian termasuk ke kota Dubai yang penuh dengan hiburan. Bahkan di tahun 2020 yang lalu beberapa warga Israel bisa merayakan hari raya Hanukkah di Dubai dan juga melangsungkan pernikahan di sana.

Kelompok Anti Trump

Kalau mau disebutkan satu persatu mungkin akan sangat panjang. Setidaknya di luar AS jelas Trump tidak disukai Pemerintahan China karena kebijakan perang dagang dan blokade pada perusahaan teknologi asal China. Belum lagi para pemain saham yang nilai portofolionya terpotong karena harga saham anjlok hanya dengan cuitan Trump di sosial media.

Didalam negeri sendiri peristiwa meninggalnya George Floyd karena tidakan polisi AS nampaknya semakin mencoreng citra Trump dikalangan warga kulit hitam di AS. Perisitwa yang hampir sama pun terjadi beberapa kali setelahnya dan memicu terjadiny demo bentrokan kerusuhan dan bahkan penjarahan di AS.

Kaum hawa di AS juga beberapa kaliturun ke jalan mendemo Trump karena kebijakan yang diambilnya dianggap kurang pro terhadap hak hak perempuan. Selain itu mereka juga memprotes kebijakan Trump yang dianggap Anti Imigran. Bahkan lebih jauh, kebijakan anti imigran ini pada akhirnya membuat Trump kurang disukai di kalangan pengusaha  di beberapa perusahaan utamanya perusahaan teknologi dan usaha padat karya di AS yang banyak mempekerjakan warga asing.

Warga Keturunan Yahudi di AS Dukung Biden

Ini fakta yang menarik bahwa sebagian besar warga keturunan Yahudi di Amerika justru mendukung Biden. Hal ini sampai jadi perbincangan hangat di Israel karena dimuat di media lokal Haaretz, bahwa berdasarkan survey lebih dari tiga perempat warga Yahudi di Amerika mendukung Biden. Beberapa yang terlihat jelas seperti raja media Haim Saban. Selain itu dari kalangan selebritis AS ada Mayim Bialik, Natalie Portman, Zoe Kravitz yang terang terangan mendukung Biden.

Lantas bagaimana dengan Gal Gadot? Seorang warga negera Israel yang memerankan film Woder Woman 1984, nampaknya tidak terlalu kelihatan arah dukungan politiknya dalam Pilpres AS. Namun kalau dilihat dari film terakhir yang dibintanginya tersebut nampaknya begitu terasa sindiran tersirat tidak mendukung Trump. Mungkin itu adalah murni ide dari sutradaranya yaitu Patty Jenkins. Meski tidak secara eksplisit mengarah pada Trump, sebagai aktivis pro wanita saya punya keyakinan besar beliau lebih condong ke Biden.

Kesimpulan

Itulah mengapa Donald Trump begitu dicintai sekaligus begitu dibenci. Sayang sekali dalam peristiwa politik AS kali ini telah menelan banyak korban jiwa. Hal itu sejatinya bisa menjadi pelajaran untuk kita semua dalam berpolitik. Sebagai politikus maupun sebagai pemilih wakil rakyat dan pemimpin negara, pemimpin daerah dan kota serta kabupaten. Untuk apa terlalu fanatik pada seseorang atau partai tertentu kalau membuat negara jadi kacau, karena yang rugi adalah bangsa kita sendiri. Lagipula dalam politik tidak ada lawan dan kawan yang abadi, semua tergantung kepentingan bersama.

Bagaimana pendapatmu? Tulis di kolom komentar ya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun