Mohon tunggu...
Y. P.
Y. P. Mohon Tunggu... Sales - #JanganLupaBahagia

Apabila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, saya hanya orang biasa yg bisa salah. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Digitalisasi UKM Banjarmasin Bersama JNE dan Kompasiana

24 Agustus 2019   22:33 Diperbarui: 25 Agustus 2019   15:09 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis tanggal 22 Agustus 2019 yang lalu saya mendapat kesempatan untuk hadir dalam acara yang diselenggarakan oleh JNE bekerja sama dengan Kompasiana di Banjarmasin. Tepatnya di Eatboss Cafe kota Banjarmasin. Acara tersebut berjudul Kopiwriting dengan tema "UKM Lokal di Pasar Digital". Acara ini rencananya akan diselenggarakan di 6 Kota besar di Indonesia. Yang sudah berjalan adalah di kota Bandung, Padang dan Banjarmasin. Menyusul kota selanjutnya adalah Malang, Yogyakarta dan Cirebon.

Buat saya secara pribadi acara ini sangat menarik. Karena kesaktian UKM terhadap pertahanan ekonomi negara kita sudah tidak dapat diragukan lagi. Pada saat dunia menghadapi krisis keuangan tahun 2008-2009, ekonomi Indonesia masih mampu bertahan berkat geliat ekonomi dari UKM.

Lebih dalam lagi belakangan ini kan ramai diperbincangkan soal rencana pemerintah pindah ibukota. Yang berpeluang besar jadi the next ibu kota itu konon antara Kalteng dan Kaltim. Namun nampaknya tim JNE dan Kompasiana melihat ada potensi besar di UKM Banjarmasin. Sehingga kota ini dipilih untuk diadakan acara Kopiwriting.

Dalam acara tersebut hadir co-founder Sambal Acan Raja Banjar yaitu mas Aulia Abdi sebagai representasi UKM Lokal asli Banjarmasin. Beliau menceritakan bagaimana awalnya memulai bisnis sambal hingga buka restoran. Ternyata modal awalnya hanya Rp 100.000 dan pemasaran di sosial media saja. Kini produknya sudah dijual ke berbagai daerah di Indonesia bahkan sampai ke Australia. Saya baru mengetahui hal itu Kamis yang lalu, padahal kantor saya bersebrangan dengan rumah makan Sambal Acan di dekat kantor Walikota.

Menjadi UKM bukan berarti tanpa tantangan, nyatanya mas Aulia sempat mengalami kendala saat mengirim barang. "Dulu misal kirim 10 cup, ada yang pecah atau rusak kalau kirim agak jauh dari Banjarmasin. Akhirnya sedikit demi sedikit kami perbaiki packagingnya" kata mas Aulia yang sudah bekerjasama dengan JNE sejak tahun 2014.

Dalam mengembangkan bisnisnya, Sambal Acan ternyata juga bermitra dengan JNE. Kemitraan itu tidak hanya terjalin untuk pemanfaatan jasa kirim barang saja, melainkan juga pada sebuah platform baru bernama Pesona (Pesanan Oleh-Oleh Nusantara). Sebuah wadah bagi para UKM makanan dan oleh-oleh di seluruh Indonesia untuk menjual produk-produk mereka secara online via website pesona yang beralamat di www.pesonanusantara.co.id.

Saya pikir ini adalah sebuah platform yang bagus karena ikut mengembangkan UKM ke ranah digital. Apalagi melihat penduduk Indonesia yang tidak sedikit menjadi perantau. Tentu rindu makanan khas kampung halaman. Para perantau bisa memesan di Pesona JNE dengan mudah. Namun sayang, hingga saat saya menulis artikel ini Pesona JNE belum dibuatkan versi aplikasi di Android maupun iOS.

Kalau kita berkunjung ke situs pesona nusantara, memang masih sedikit UKM Banjarmasin dan Banjarbaru yang bergabung kesana. Padahal menurut data ada lebih dari 2.072 UKM di Kalimantan Selatan. Tentu ini menjadi tugas pemerintah lokal, jurnalis, blogger, kompasianers dan instansi lainnya untuk mensosialisasikan program go digital ini.

Pimpinan JNE kota Banjarmasin Depi Hariyanto menjelaskan Pesona hadir untuk mempromosikan produk UMKM lokal lebih luas lagi. Di Banjarmasin ada sekitar 300 member JNE Loyalty Card (JLC). Lebih lanjut beliau menjelaskan beberapa produk yang banyak dipasarkan oleh UKM di Banjarmasin. "Produknya rata-rata seperti tas, topi, sandal. Kalau makanannya masih Amplang" ujarnya. Disini saya belum menemukan produk obat herbal seperti kayu Bajakah yang kabarnya bisa mengobati kanker. 

Padahal benda itu belakangan viral dan dicari banyak orang diseluruh Indonesia. Saya sendiri setiap istirahat siang sepulang dari kantor beberapa kali melihat orang menjual kayu bajakah dari dalam mobil di Jalan Pramuka di kota Banjarmasin. 

Dalam hati saya bertanya, kenapa orang ini tidak memasarkannya pada platform digital saja ya? Intinya masih banyak potensi yang bisa dikembangkan oleh UKM di Banjarmasin khususnya dan Kalimantan Selatan pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun