Bertempat di rumah pergerakan politik Gus Dur di Kalibata Jakarta Selatan, Yenny Wahid secara resmi mengumumkan mendukung Jokowi pada pilpres 2019. Bagi saya hal ini tidak mengejutkan karena memang nampak sekali Jokowi sangat dekat dengan keluarga Gus Dur. Kedekatan yang dibangun cukup lama itu semakin kuat setelah Jokowi memilih Maaruf Amin sebagai wakilnya.
Sebagaimana kita ketahui, bapak Ma'aruf Amin adalah ketua MUI yang juga aktif di PBNU. Sosok yang juga sangat dihormati oleh keluarga Gus Dur. Tidak ada keraguan lagi untuk mendukung Jokowi Ma'aruf.
Namun uniknya dalam konferensi pers, Yenny justru membeberkan dasar lain mengapa memilih Jokowi. Yenny menilai Jokowi mampu menghadirkan layanan pendidikan, kesehatan maupun akses konektivitas bagi mereka yang dulunya tak terjamah.
Pujian tersebut sejatinya memang mengandung unsur promosi. Mengunggulkan Jokowi namun tidak menjelek-jelekkan Prabowo. Seharusnya cara Yenny Wahid mempromosikan Jokowi inilah yang harus ditiru. Tunjukkan saja kehebatan kandidat yang kita pilih, tanpa fitnah kepada pihak lawan, tanpa mencela pihak lawan.
Yenny mengaku sangat berhati-hati untuk menjatuhkan pilihan. Meskipun kedua pasangan calon telah datang bersilaturahmi, dia tidak terburu-buru memilih. Bersama para simpatisan Gus Dur dia masih ingin menelaah visi dan misi para pasangan calon.
Sindiran Sandiaga Uno tentang tempe menurut saya adalah batu sandungan untuk mendapatkan dukungan dari Yenny Wahid. Terbukti ketika datang bertamu dia mendapat suguhan tempe mendoan yang memang tipis. Seolah menyindir bahwa statemen Sandiaga Uno tentang tempe terlalu berlebihan.
Tanggapan Kubu Prabowo
Melalui koordinator juru bicara badan pemenangan nasional yaitu Dahnil Azhar Simanjutak, kubu Prabowo mengaku menghormati keputusan dukungan Yenny kepada Jokowi. Lebih lanjut Dahnil berharap Yenny berkontribusi lebih untuk terus menekan hoax dan kampanye hitam selama masa kampanye pilpres.
Seolah tak menyerah, meskipun kehilangan "kepala" kubu Prabowo masih mengharapkan mendapat "ekor". Maksudnya bersama partai koalisi dan seluruh elemen pendukung Prabowo akan lebih pro aktif mengupayakan untuk mendapat suara relawan Gus Dur dan warga NU pada umumnya.
Jika saya perhatikan setelah mereka gagal mendapatkan restu dukungan dari keluarga Gus Dur, kubu Prabowo akan fokus pada sosial media. Namun hal itu sejatinya kurang signifikan untuk mendulang suara, terutama untuk wilayah Jawa Timur. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Jawa Timur adalah basisnya simpatisan Gus Dur sekaligus basis PBNU yang kuat.
Kalau anda perhatikan pada pemilihan gubernur yang terakhir di Jawa Timur, kandidat yang didukung oleh partai PKS justru kalah. Pada Pilpres 2019 Prabowo juga didukung oleh PKS, sangat besar kemungkinan Prabowo akan kalah di Jawa Timur bila tidak berhasil menggaet pemilih dengan metode kampanye sosial media yang diterapkan saat ini.
Jumlah pemilih tetap di Jawa Timur berdasarkan data terakhir ada sekitar 30 juta orang. Tentu bukan jumlah yang sedikit dan kemenangan di Jawa Timur tentung akan memiliki dampak secara Nasional yang besar. Kemungkinan menang Prabowo saat ini memang sangat kecil di Jawa Timur. Perlu ada kerja ekstra kreatif, menarik dan meyakinan untuk mampu meraih suara warga Jawa Timur.Â
Jika Prabowo gagal memenangkan Jawa Timur, maka Prabowo akan kalah. Namun bila berhasil merebut suara Jawa Timur, masih ada peluang Prabowo menang. Semua kembali kepada kreatifitas dan keaktifan kubu Prabowo serta pemilih dari warga Jawa Timur itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H