Awalnya saya meragukan pernyataan kandidat cawapres muda Sandiaga Uno terkait tempe. Gara-gara Dollar menguat dan menurunkan nilai tukar Rupiah, harga kedelai ikut terkerek naik. Kepada media Uno menuturkan bahwa kini tempe semakin tipis hingga setipis kartu ATM.
Ketika jalan-jalan ke pusat per belanjaan saya menyadari pernyataan Uno terkait tempe tepat akurat. Saya melihat dengan mata kepala sendiri bahwa tempe setipis kartu ATM. Namanya adalah tempe keripik, rasanya gurih dan teksturnya renyah bila digigit. Biasa ada di pusat perbelanjaan atau pusat oleh-oleh.
Sehingga mereka bisa merevolusi ekonomi mereka menjadi lebih baik berkat industri tempe keripik. Para emak-emak di industri tempe keripik bisa menghidupi keluarganya, juga bisa menyekolahkan putra putri hingga pendidikan tinggi.
Namun yang unik disini adalah orang-orang yang iseng menyindir pernyataan uno dengan bertanya pada akun twitter bank. Ada yang menanyakan apakah ada kartu ATM dengan motif tempe. Hingga ada yang ingin tarik tunai di mesin ATM menggunakan tempe.Â
Sepertinya memang sudah jadi SOP admin twitter bank, pertanyaan itu pun dijawab dengan serius oleh sang admin seperti terlihat pada foto dibawah.
Yang menurut saya agak blunder terkait pernyataan pak Sandiaga Uno adalah tentang uang Rp 100.000. Sandiaga Uno menceritakan keluh kesah ibu Lia yang hanya mendapat bawang dan cabai dengan uang Rp 100.000.
Netizen pun akhirnya merespon dengan ungahan di sosial media. Satu diantaranya bernama Andah Darol Mahmada yang mengunggah videonya di media sosial Facebook. Dalam video diperlihatkan aktivitas belanja di pasar membeli ayam, tahu, tempe, bawang merah, bawang putih, cabai, tomat, beras, dan pepaya hanya berbekal uang Rp 100.000.
Maksud hati mau merebut hati emak-emak, salah memberikan statement emak-emak pun membantah dan membuat tagar #100ribudapatapa.
Seharusnya hal ini menjadi pelajaran bagi Sandiaga Uno bahwa emak-emak itu pada dasarnya ingin dimengerti tanpa nyinyir. Emak-emak itu secara umum menyukai laki-laki tulen yang tidak banyak omong dan banyak memberikan bukti.
Bila yang dirasakan tak seperti apa yang dikatakan oleh emak-emak, mereka tidak akan suka. Jika diberi harapan palsu, emak-emak akan ingat sampai ke akhir zaman. So, jangan nyinyir dan perbanyak dengarkan aspirasi mereka.
Tidak semua emak-emak memilih calon pemimpin melihat dari fisiknya. Banyak juga yang melihat dari visi misi, rekam jejak, perilaku sang calon pemimpin.Â
Saran saya jangan lawan emak-emak tersebut, anda akan capek sendiri dan kehabisan waktu. Lebih baik lain kali Sandiaga Uno fokus pada program kerja dan jangan nyinyir supaya tidak jadi blunder lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H