Syarat untuk menjadi penulis indie pun tidak serumit menjadi penulis di penerbit besar. Cukup siapkan naskah dengan format microsoft word, desain sampul, sinopsis maka novel siap terbit.
Untuk penulis yang hanya ingin menjual bukunya secara digital di Google Playstore bahkan tidak perlu keluar biaya sepeserpun. Namun bila ingin buku yang diterbitkan memiliki ISBN dan dijual pula secara tercetak, maka dibutuhkan biaya tambahan yang berbeda-beda tiap penerbit. Namun secara umum biaya menerbitkan buku secara cetak pada penerbit indie tidak sampai 3 juta Rupiah.
Soal penghasilan tentu kurang lebih serupa dengan menerbitkan buku di penerbit besar. Sang penulis tidak tahu persis dan detail hasil penjualan buku mereka.
Untuk penerbit buku indie yang dijual di playstore setahu saya royalti yang diberikan kepada penulis tidak ada potongan pajak. Biasanya setiap bulan sang penulis mendapatkan laporan dari penerbit berapa buku mereka yang berhasil terjual di playstore. Royalti pun bisa dibayarkan secara bulanan. Yang mana hal tersebut tidak terjadi pada penerbit besar.
Penulis indie juga bisa cetak buku secara eceran. Bahkan hanya cetak 1 eksemplar pun bisa. Penulis indie biasanya menjual bukunya di e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak maupun via sosial media seperti Facebook dan Instagram. Royalti yang didapat sang penulis dari jualan buku cetak mandiri ini bisa diatur sesuka hati.
Bagaimana jika penulis tidak bisa membuat cover untuk buku mereka? Tenang, ada jasa freelancer pembuatan cover buku. Biayanya berkisar Rp 200.000 per cover atau bahkan bisa lebih mahal untuk desain yang agak rumit.
Toko Buku Semakin Sepi dan Banyak Tutup
Dari semua hal diatas, wajar bila akhirnya toko buku semakin sepi. Saya bahkan dalam 6 bulan terakhir datang ke toko buku hanyalah untuk membeli alat tulis atau mencari kado untuk rekan saya. Toko buku yang hanya menjual buku saja sudah pasti sangat terancam eksistensinya.
Yang menurut saya perlu tetap didorong oleh pemerintah adalah minat baca dari segenap warga Indonesia. Menurut saya sah-sah saja seseorang membaca buku digital dan tidak membaca buku cetak. Lagipula buku digital lebih ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kertas.
Memang akan ada dampak yang besar dari perubahan ini, namun itulah disrupsi perkembangan zaman yang tidak terhindarkan lagi. Yang perlu kita lakukan adalah beradaptasi dengan perubahan secepat mungkin, kalau tidak kitalah yang akan tergilas oleh perkembangan teknologi.