Xiaomi memang brand yang terkenal dengan smartphone harga terjangkau namun spesifikasi hardware mumpuni. Belakangan perusahaan ini mulai mendapatkan persaingan ketat dengan strategi serupa oleh perusahaan lain semisal Asus, OnePlus. Alih-alih menabuh genderang perang harga secara terang-terangan, Xiaomi justru membentuk anak perusahaan untuk memberikan serangan balasan.
Anak perusahaan Xiaomi itu diberi nama Poco, belum lama ini mereka pertama kali meluncurkan produk di India. Produk pertama yang mereka luncurkan adalah smartphone yang diberi nama F1. Kelebihan yang ditawarkan adalah kehandalan perangkat keras dengan prosesor Snapdragon 845 dilengkapi dengan Qualcomm Adreno 630 GPU.
Disertai dengan baterai 4.000 mAh, layar lebar 6,18 inchi dengan aspek rasio 18,7:9. Serta kamera depan 20 mega pixel serta dual kamera belakang 12 dan 5 mega pixel. Poco F1 dibandrol dengan harga sekitar 4 juta Rupiah.
Bila bicara persaingan head to head, Poco F1 nampaknya memang ingin menantang produk OnePlus 6 dan Asus Zenfone 5z. Hal ini nampak jelas karena ketiga produk tersebut sama-sama menggunakan prosesor snapdragon 845 sebagai dapur pacunya.
Smartphone dengan prosesor jenis ini memang sedang digandrungi pecinta gadget pintar. Kemampuannya dalam mengolah game-game berat seperti  PUBG, Lineage 2, sangat mengagumkan. Banyak gamers mobile yang mengincar smartphone dengan prosesor tersebut.
Di India sendiri ada stagnasi pada pertumbuhan penjualan smartphone kelas atas seperti iPhone. Namun untuk OnePlus dan Xiaomi masih mengalami pertumbuhan yang manis. Xiaomi contohnya masih bisa tumbuh 106% dari tahun ke taun pada triwulan kedua 2018 di India. OnePlus 6 pun laris manis terjual di sana sejak peluncurannya.
Dengan memasang harga sekitar 200 euro lebih murah dari OnePus dan Asus Zenfone 5z, jelas Xiaomi telah resmi menabuh genderang perang harga kembali dipasaran. Pertanyaannya apakah strategi perang harga seperti ini akan berhasil merebut hati pecinta smartphone kencang dan meningkatkan market share penjualan? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Namun menurut hemat saya, pasti ada hal yang dikorbankan untuk mendapatkan harga lebih murah. Mulai dari promosi yang minim, hingga komponen smartphone yang tidak maksimal. Bila hal ini dirasakan oleh pengguna smartphone bukan sesuatu yang mengganggu, maka besar kemungkinan strategi perang harga ini akan berhasil.
Pemasaran di Indonesia