Apalagi kalau sampai kubu oposisi justru terbelah menjadi 2 kubu atau biasa disebut ada poros ketiga. Semakin tidak maksmimal karena elektabilitas Jokowi sudah mendekati 50 persen.
Yang harus jadi perhatian para elit politik terkait pilpres adalah pemilih cenderung melihat tokoh dan bukan latar belakang partai pendukung.
Yang memilih wakil rakyat partai A belum tentu memilih capres dari partai A juga. Simpatisan partai juga belum tentu mendukung capres yang diusung oleh partai politik.
Jadi jika yang membuat kurang menyatu adalah perebutan posisi cawapres, saran saya pilih saja tokoh yang reputasinya baik, disukai oleh masyarakat.
Jangan kedepankan ego partai untuk mengusung calon tertentu karena iming-iming tertentu termasuk uang ratusan milyar.
Juga jangan memaksakan memilih cawapres dari keluarga pengurus atau pendiri partai bila elektabilitasnya rendah.
Kalau sampai langkah tersebut yang diambil, maka Jokowi akan otomatis menang atau auto-win pada Pilpres 2019.
Saya sebagai warga negara yang mengharapkan kontestasi politik berjalan seru dan menyenangkan akan kecewa jika Jokowi bisa menang dengan mudah.
Harus muncul perlawanan yang berarti sehingga Jokowi tidak menang mudah. Supaya siapapun yang menang dan menjadi Presiden akan mendapatkan tantangan yang menantang dari kubu Oposisi.
Sebab dengan oposisi yang kuat, pemerintah akan menjalankan pemerintahannya dengan smart dan pasti tidak akan membuat kebijakan yang semena-mena.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H